Praktisi Anak Soroti Kasus Bocah 10 Tahun Gantung Diri di Ciranjang
Ketua Yayasan Istri Binangkit (Praktisi Hukum Perempuan dan Anak), Lidya Indayani Umar. (Foto: CIANJUR EKSPRES/Akmal Esa Nugraha)--
CIANJUR,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Ketua Yayasan Istri Binangkit (Praktisi Hukum Perempuan dan Anak), Lidya Indayani Umar, menyoroti kasus tragis meninggalnya bocah berusia 10 tahun di Kampung Cihaur, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, yang bunuh diri diduga depresi karena keluarganya yang tak utuh pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Menurutnya, kasus tersebut menjadi tamparan keras bagi semua pihak, terutama keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah agar lebih serius memerhatikan kondisi mental anak.
Lidya menjelaskan, depresi dapat dialami oleh anak-anak di usia sangat muda, bahkan sejak lima atau enam tahun. Tekanan batin dan trauma emosional akibat pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga, atau kehilangan sosok orang tua dapat menimbulkan luka psikologis mendalam pada anak.
“Depresi tidak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak pun bisa mengalaminya, terutama ketika tumbuh di lingkungan ekonomi yang tidak stabil, orang tua sering bertengkar, berpisah, atau anak menjadi saksi kekerasan di rumah,” ujarnya kepada Cianjur Ekspres di Pengadilan Negeri Cianjur, pada Kamis, 23 Oktober 2025.
BACA JUGA:Diduga Depresi, Bocah 10 Tahun di Ciranjang Tewas Gantung Diri
BACA JUGA:Diduga Frustasi, Pria Paruh Baya di Cianjur Ditemukan Tewas Gantung Diri
Lidya mengatakan, anak yang sering melihat kekerasan di rumah bisa meniru perilaku tersebut atau menutup diri secara emosional. Menurutnya, kondisi itu bisa berkembang menjadi tekanan mental yang berat, apalagi jika anak tidak memilik figur yang bisa diajak berkomunikasi.
“Anak dibentuk oleh orang tua dan lingkungan. Kalau orang tua ribut, saling pukul, anak akan merasa takut, bingung, dan kehilangan arah. Lama kelamaan, hal seperti itu bisa memicu depresi,” katanya.
Ia mengungkapkan, kasus anak yang melakukan bunuh diri itu merupakan yang pertama kali terjadi di Cianjur. “Kasus seperti ini baru pertama kali kejadian di Cianjur,” katanya.
Lidya menduga, faktor keluarga yang tidak utuh dan minimnya perhatian emosional menjadi penyebab utama.
BACA JUGA:Warga Binaan Lapas di Cianjur Tewas Gantung Diri
BACA JUGA:Pria di Cianjur Ditemukan Tewas Gantung Diri di Kamar Mandi Kos
“Ya, kan soalnya informasi yang saya dapat itu kan dia tinggal bersama neneknya, ayah nya meninggal, ibu nya sudah menikah lagi dan misah dengan dia. Bisa jadi anak ini kesepian, kehilangan perhatian, dan tidak punya tempat bercerita. Ketika perasaannya tidak tersalurkan, tekanan itu bisa berubah jadi tindakan ekstrem,” katanya.
Lidya mengimbau, para orang tua agar membangun komunikasi yang lebih hangat dan terbuka dengan anak-anak mereka. Menurutnya, kedekatan fisik saja tidak cukup tanpa keterikatan emosional.
Sumber:
