CIANJUR,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Sebanyak 80 warga korban gempa bumi pada 21 November 2022 lalu, di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, alami gangguan jiwa dan perlu penanganan khusus.
Dari 80 warga yang mengalami gangguan jiwa, 70 orang lainnya masuk kategori berat dan masih menjalani pengobatan di Puskesmas Cugenang.
Petugas Program Kesehatan Jiwa (Keswa) Puskesmas Cugenang, Dwi Triawan mengatakan, gangguan jiwa itu mulai dari ringan, sedang dan berat. Untuk ciri pertama bicara melantur tidak nyambung dan banyak melamun.
"Untuk saat ini banyak pasien ODGJ itu setelah pasca gempa bumi pada tahun 2022 lalu, karena terguncang dan mengalami tekanan hebat," katanya kepada wartawan, Rabu (23/10).
BACA JUGA:Tingkatkan Efisiensi Keamanan, Diskominfo Cianjur Sosialisasi Tanda Tangan Elektronik
BACA JUGA:Diterjang Longsor, Ratusan Hektar Sawah di Takokak Cianjur Terancam Kekeringan
Menurut Dwi, para penderita gangguan jiwa awalnya mengalami depresi, gangguan kecemasan lalu skizofrenia juga menyertai mereka. Namun yang berat harus dirujuk.
"Jadi penderitanya itu berbeda-beda, mungkin yang ringan sih masih bisa kita atasi. Tapi kalau misalnya berat kita rujuk," ujarnya.
Dwi menyebut, rata-rata usia penderita gangguan jiwa kebanyakan dari usia produktif 20 tahun ke atas, apalagi wilayah Kecamatan Cugenang pada saat terjadi bencana gempa bumi kondisinya sangat parah.
"Pemicu awalnya gangguan jiwa mulai dari kehilangan keluarga, harta benda dan juga kehilangan segalanya," katanya.
BACA JUGA:Ketua Apdesi Cianjur: Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa Harus Persetujuan Bupati
BACA JUGA: Satresnarkoba Polres Cianjur Ungkap Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkotika
Dwi mengungkapkan, jumlah total warga Kecamatan Cugenang yang mengalami gangguan jiwa sekitar 80 orang, yang masuk kategori berat sebanyak 70 orang. Sementara warga yang paling banyak mengalami gangguan jiwa berada di Desa Sarampad.
"Saat ini sudah sampai 90 persen dalam pengobatan," kata Dwi.