Cianjurekspres.net - Lima partai politik PDI Perjuangan, Golkar, NasDem, PAN dan PPP sepakat berkoalisi untuk mengusung Herman Suherman dan Tb Mulyana Syahrudin di Pilkada Cianjur 2020. Pengamat Politik Dedi Kurnia Syah Putra menilai, koalisi yang digalang PDI Perjuangan tersebut tetap punya potensi kalah. Pasalnya, dalam praktik politik elektoral sejak Pemilu 2014, parpol tidak lagi menjadi dominasi. Terlebih karakter loyalitas parpol di daerah berbeda dengan tingkat nasional. Meskipun secara hitungan suara partai politik bisa dominan. "Dengan kondisi tersebut, koalisi PDIP tetap punya potensi kalah, terlebih jika kemudian muncul tokoh alternatif yang selama ini juga memiliki basis jaringan pemilih di luar parpol," ujar Pengamat Politik Dedi Kurnia Syah Putra, Selasa (10/3/2020). Menurutnya, tren pemilih Cianjur selama ini lebih condong pada pemilih tokoh. Bahkan Dedi mengatakan, memenangkan pertarungan di iklim politik seperti ini, harus dengan menguatkan ketokohan serta intensitas komunikasi di tingkat pemilih bawah. Terutama kelompok pemilih yang punya pengaruh ke pemilih lain. "Dengan komposisi memenuhi syarat secara administrasi, tidak ada persoalan. Justru baik bagi koalisi karena lebih awal fokus dalam memanaskan mesin politik," katanya. Baca Juga: Deklarasi Koalisi BHS-Manjur, Herman Ingatkan Soal Ego Namun Dedi menegaskan, deklarasi koalisi yang dilakukan lima parpol pengusung Herman Suherman dan Tb Mulyana Syahrudin tidak bisa dibilang terburu-buru. "Deklarasi koalisi untuk Pilkada sah-sah saja, selama belum terdaftar di KPU. Masing-masing anggota bisa saja menarik diri jika hari mendatang ada perubahan sikap," katanya. Hanya saja, lanjut Dedi, strategi mengawali deklarasi mendahului rekomendasi itu cukup apresiatif dalam hal strategi komunikasi politik. Karena sekurang-kurangnya telah memberikan kepastian bagi kader masing-masing anggota koalisi, sehingga bisa memicu gerakan propaganda lebih lanjut. "Memang idealnya menunggu rekomendasi, tetapi deklarasi juga bagian dari strategi untuk mempercepat rekomendasi. Politik elektoral di tingkat daerah terutama dari unsur Parpol kepastian itu perlu, karena gerakan politisnya terstruktur. Berbeda dengan independen yang justru mengakhirkan kepastian terkait koalisi, karena di permulaan independen harus ekstra keras membangun popularitas masing-masing lebih dulu," tandasnya. Terkait sosok Herman Suherman dan Tb Mulyana Syahrudin yang diusung lima parpol. Diungkapkan Dedi, satu sisi petahana punya dua hal dilematis. Bisa memudahkan akses Plt (Herman) konsolidasi publik. Sisi lainnya, terjebak etika pejabat publik sehingga tidak leluasa bergerak. Baca Juga: Kemarin BHS, Sekarang BHS-M? "Sementara Golkar, membaca catatan Pilkada terdahulu memang tidak prestatif, tetapi memilih petahana adalah pilihan cukup baik karena ini berbeda dengan terdahulu. Artinya, mereka tidak mau mengulang komposisi yang sudah terbukti kalah di masa silam," papar Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) tersebut. "Sementara soal ketokohan, keduanya tidak lebih menonjol dari lainnya sehingga potensi kalah itu tetap mengemuka, sekurang-kurangnya dengan kondisi sekarang ini," sambung Dedi Kurnia Syah Putra. Diberitakan sebelumnya, lima partai politik sepakat berkoalisi mengusung Bakal Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Cianjur, Herman Suherman-Tb Mulyana Syahrudin di Pilkada 2020. Pernyataan koalisi kelima partai yakni PDI Perjuangan, Golkar, NasDem, PAN dan PPP tertuang dalam piagam koalisi yang dibacakan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Cianjur, Susilawati saat Deklarasi Koalisi Bersama Herman Suherman-Mulyana Membangun Cianjur (BHS-Manjur) di Agra Grand BallRoom Amen Restaurant, Cipanas, Cianjur, Minggu (8/3).(*)
Pilkada Cianjur, Pengamat: Koalisi Parpol Pengusung Herman-Tb Mulyana Punya Potensi Kalah
Rabu 11-03-2020,12:15 WIB
Editor : herry
Kategori :