Menakar Peluang 'Head to Head' dan Tiga Koalisi di Pilkada Cianjur

Menakar Peluang 'Head to Head' dan Tiga Koalisi di Pilkada Cianjur

Pengamat Politik Cianjur, Dedi Mulyadi.(Dok/Cianjur Ekspres) --

CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Konstelasi politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2024 di Kabupaten Cianjur semakin menarik pasca lima partai yakni PDIP, PKB, PAN, Demokrat dan PPP lebih awal menggelar deklarasi mengusung pasangan Herman Suherman-Muhammad Solih (Ibang) sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati Cianjur. 

Pertanyaan pun muncul, seiring empat partai politik lainnya yaitu Golkar, Gerindra, NasDem dan PKS sampai saat ini masih belum menyatakan sikap apakah akan bersatu membentuk koalisi sehingga berpeluang untuk head to head, atau justru muncul poros ketiga koalisi di Pilkada Cianjur

Pengamat Politik Cianjur, Dedi Mulyadi, menilai, kemungkinan terbentuknya tiga poros koalisi di Pilkada Cianjur sangat terbuka jika melihat parliamentary treshold atau ambang batas perolehan suara minimal partai politik dalam pemilihan umum dalam perolehan DPRD.

"Kalau kita lihat dari parliamentary treshold kemungkinan untuk tiga (koalisi, red) terbuka. Misalnya Golkar bisa mengusung sendiri, lalu tiga partai PKS, NasDem dengan Gerindra bisa satu pasangan. Jadi kalau kita hitung-hitungan dari sisi parliamentary treshold, maka kemungkinan tiga pasang (calon bupati dan wakil bupati Cianjur,red)," katanya kepada Cianjur Ekspres, Senin 3 Juni 2024. 

BACA JUGA:Presiden Jokowi Dijadwalkan Berkantor di IKN Pada Juni-Juli

Menurut Dedi, partai politik akan mengusung bakal calon kepala daerah berdasarkan hasil survei. 

"Memang hasil survei internal dari tiga partai, NasDem, PKS dan Gerindra termasuk Golkar selama ini dianggap tidak memuaskan, sehingga mereka sekarang agak wait dan see (tunggu dan lihat). Kemungkinan bisa tiga bakal calon atau kemungkinan bisa dua calon," katanya. 

"Artinya, Golkar dengan tiga partai ini bergabung dan mendorong satu calon bisa saja begitu. Jadi ada dua opsi, ada yang tiga pasangan atau misalnya dua pasangan (head to head)," imbuh Dedi. 

Tapi syaratnya jelas Dedi, harus ada bakal calon yang secara popularitas dan elektabilitas sejalan dengan keinginan partai. Sehingga survei menjadi sangat penting, karena menjadi dasar bagi partai untuk memberikan rekomendasi kepada bakal calon menjadi calon. 

BACA JUGA:Presiden Jokowi Dijadwalkan Berkantor di IKN Pada Juni-Juli

"Kalau surveinya jelek, maka nanti partai akan melakukan survei ulang sampai akhirnya batas akhir rekomendasi. Kalau batas akhir rekomendasi masih jelek, risikonya adalah melakukan gabungan (koalisi,red) dengan partai-partai tadi dan nanti akan terjadi negosiasi politik di antara partai tersebut yang kemungkinan bisa jadi head to head dua pasangan calon kalau melihat konstelasi politik hari ini, karena tidak banyak ternyata peminatnya, bisa dihitung jari yang sekarang sedang mengemuka di Cianjur," tuturnya. 

Misalkan hasil survei bagus, dari sisi kuantitas harus mampu paling tidak membiayai proses politik yang terus berjalan. 

"Ini saya kira di kita masih agak sulit, sehingga memang saya memprediksi paling dua pasang calon," kata Dedi. 

Jika nantinya terjadi hanya dua pasangan calon kepala daerah (head to head) pada Pilkada Serentak 2024 di Cianjur, Dedi mengingatkan, bahwa akan ada dua kubu yang saling berhadap-hadapan. Sehingga harus diantisipasi di masyarakat jangan sampai kontestasi ini berubah menjadi sebuah gesekan. 

Sumber: