AS Bertanggung Jawab Atas Pembantaian Terhadap Warga Palestina

AS Bertanggung Jawab Atas Pembantaian Terhadap Warga Palestina

Arsip foto - Beberapa warga Palestina mengumpulkan sejumlah barang dari reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan Israel di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Rabu (12/6/2024). (Foto: ANTARA)--

CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Juru bicara resmi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, mengecam keras pemerintah beserta Kongres AS karena mendukung secara penuh dan komprehensif pembantaian berdarah yang dilakukan terhadap rakyat Palestina, terakhir yang terjadi di Kota Deir al-Balah.

Jubir itu menjelaskan, "Lampu hijau pemerintah Amerika yang diterima Netanyahu membuatnya terus gencar melakukan serangan dan pembantaian yang masih berlangsung terhadap rakyat Palestina, yang terakhir yakni pembantaian mengerikan yang menelan puluhan korban jiwa akibat tentara pendudukan yang menargetkan sekolah yang menampung ribuan orang terlantar di Kota Deir al-Balah".

Dia menambahkan bahwa pembantaian brutal itu menjadi tanggung jawab pemerintah dan Kongres AS, yang menyanjung dan menawarkan bantuan politik, finansial dan senjata kepada pendudukan Israel untuk terus membom anak-anak, wanita dan lansia.

BACA JUGA:RI Desak Inggris Gunakan Wewenang di DK PBB Kawal Isu Palestina
Abu Rudeineh menunjukkan bahwa pendudukan telah melanggar seluruh larangan yang telah ditetapkan hukum internasional, dengan melakukan pemboman di salah satu sekolah yang menampung warga sipil yang mencari perlindungan

Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa "setiap kali pendudukan menggempur sekolah yang menampung orang-orang terlantar, kami hanya melihat sejumlah kutukan dan kecaman yang tidak akan memaksa pendudukan menghentikan agresi berdarah mereka".

Abu Rudeineh meminta pemerintah AS untuk memaksa pendudukan Israel agar menghentikan agresinya dan mematuhi keputusan legitimasi internasional karena mereka bertanggung jawab atas semua agresi yang terjadi di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem.


Sumber: WAFA

Sumber: antara