Dugaan Korupsi Dana Pembelian Paket Sembako Covid-19 Menguat

Dugaan Korupsi Dana Pembelian Paket Sembako Covid-19 Menguat

Cianjurekspres.net - Dugaan korupsi pada pembelian paket sembako dari dana belanja tak terduga (BTT) Covid-19 APBD kabupaten semakin menguat. Bukan hanya pelaksanaan yang terkesan dipaksakan saja, tetapi ada indikasi mark up harga pada bahan pangan yang cukup besar. Ketua LSM Pemuda Cianjur, Galih Widyaswara, mengatakan, Pemkab Cianjur telah menggulirkan bantuan sosial paket sembako untuk warga terdampak Covid-19. Namun di tengah penderitaan warga, bansos sembako diduga malah dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi demi meraup keuntungan yang lebih besar. "Kami kembali menemukan beberapa fakta di lapangan adanya indikasi korupsi ini semangkin kuat," kata dia kepada Cianjur Ekspres, Rabu (10/6). Baca Juga: Pembelian Paket Sembako Bansos Covid-19 di Cianjur Penuh Kejanggalan Sebelumnya, kata Galih, pembelian paket sembako banyak kejanggalan lantaran terkesan dipaksakan. Sebab, informasi dari beberapa sumber hasil dari rapat pada 26 Mei 2020 diusulkan agar pembelian paket sembako tahap II harus ditunda. Bukan tanpa alasan, karena masa tanggap darurat berakhir pada 29 Mei 2020 dan tidak boleh mengeluarkan dana BTT Covid-19. "Kala itu, data penerima pun belum diverifikasi dan belum ada SK dari Plt Bupati. Belum lagi ada dugaan keterlibatan salah satu partai sehingga pendataan menjadi kacau. Selain itu, belum ada kesepakatan soal harga bahan pangan karena rencana mengusulan harga terlalu tinggi. Intinya, semua kesepakatan diambil pada rapat terakhir pada 28 Mei, karena 29 Mei dana harus dicairkan," bebernya. Dia menyebutkan, dari rencana kebutuhan belanja (RKB) bansos paket sembako Pemkab Cianjur bagi warga terdampak Covid-19 harga belanja barang sangat mahal. Parahnya, tidak disebutkan merek barang sebagai acuan harga pasar. Dia melanjutkan, dalam RKB hanya disebutkan jenis barangnya saja tanpa ada merek tertentu. Misalnya, harga beras Rp10.700 per kilogram untuk kebutuhan 81.999 keluarga, minyak goreng 2 liter (tanpa merek) Rp25 Ribu, mi instan Rp2.600 per bungkus, dan sarden 425gram satu kaleng Rp15 ribu. "Paket sembako yang disalurkan kepada warga berupa beras 5 kilogram, mi instan 15 bungkus, minyak goreng 2 liter, dan sarden 425 gram. Satu paket isinya seperti itu," ungkapnya. Dia memerinci, jika satu paket sembako dihitung sesuai RKB bansos semua total belanja jatuh pada harga Rp132.500. Rinciannya, beras 5 kilogram Rp53.500, minyak goreng 2 liter Rp25 ribu, sarden 425 gram Rp15 ribu. dan mi instan 15 bungkus Rp39 ribu. "Total harga itu belum termasuk harga biaya kemasan dan pengemasan, biaya pemeliharaan di gudang kecamatan, biaya distribusi, biaya bongkar muat, dan biaya keamanan gudang. Jadi per paket ini lebih kurang bisa sampai Rp150 ribuan," ungkapnya. Jadi, kata dia, rekapitulasi rencana kebutuhan anggaran untuk paket sembako tahap II ini mencapai Rp11.525.179.007 untuk 81.999 keluarga. Jika ditambah dengan paket sembako tahap I yang sebelumnya telah dibagaikan senilai Rp571.119.765 untuk 4.821 keluarga total keseluruhan menjadi Rp12.096.298.772 dengan total penerima sebanyak 86.820 keluarga. Adapun terjadinya indikasi korupsi ini semakin menguat, tegas dia, dari realisasi harga bahan pangan. Contohnya harga beras, dari RKB senilai Rp10.700 per kilogram sedangkan realisasi pembayaran kepada suplayer Rp10.500 per kilogram. "Nah di sini lah banyak yang terkecoh. Di RKB tidak disebutkan jenis beras. Apakah jenis beras tanpa kualitas, medium, medium plus, atau premium. Hanya tertera Rp10.700 per kilogram tidak disebutkan jenis barang," ujarnya. Namun, kata dia, harga beras Rp10.500 ini bisa membeli beras jenis premium. namun fakta di lapangan beras yang dibagikan kepada warga bukan beras jenis premium tapi beras medium. Sedangkan harga beras medium di gudang Rp8.300 per kilogram, jika harga pasar Rp9.500 sampai Rp9.100 per kilogram. "Maka jika dilihat dari realisasi pembayaran harga beras, indikasi mark up sudah terlihat. Ada selisih atau laba yang cukup besar. Jika di harga gudang Rp8.300 maka ada laba Rp2.200 per kilogram. Tinggal dikalikan dengan kuota beras sebanyak 409.995 kilogram, berarti ada laba Rp901.989.000. Laba yang menurut saya tidak wajar," ungkapan. Akan tetapi, jelas dia, jika harga pasar beras medium Rp9.500 berarti ada selisih harga atau laba Rp1.000 dikalikan 409.995 kilogram, labanya mencapai Rp409.995.000. "Sebenarnya kalau suplayer menjual harga beras Rp9.500 ke pemerintah dipastikan sudah ada laba. Apalagi kalau pemkab beli beras medium dengan harga Rp10.500 per kilogram," tegasnya. Oleh karenanya, dugaan mark up soal pembelian harga bahan pangan untuk paket sembako pemkab semakin menguat. "Makanya kami menduga kuat pembelian paket sembako ini hanya jadi ajang bancakan saja. Ada oknum yang sengaja memanfaatkan di tengah keresahan warga untuk meraup keuntungan pribadi," kata dia. Di samping harga beras, lebih lanjut Galih menerangkan, harga mi instan di RKB juga terlalu tinggi senilai Rp2.600 per bungkus. Jika mengacu ke harga pasar di toko modern saja dengan merek Indomie hanya Rp2.400 sampai Rp2.500 per bungkus. Jika harga satu di pasar hanya Rp2.200 per bungkus. Apalagi jika beli satu dus, harga ni instan bisa lebih murah atau di kisaran Rp1.900 per bungkus. "Seharunya pemerintah lebih selektif, bisa lebih menghemat anggaran dalam rencana pembelanjaan kebutuhan untuk bansos. Bukan malah membeli barang dengan estimasi harga yang tinggi," kata dia. Lalu harga minyak goreng kemasan 2 liter merek Sania. Harga di toko modern harga minyak tersebut Rp24 ribu. Namun jika mengacu harga di pasar tradisional harganya Rp22.500. "Anehnya, kenapa pemerintah malah mengacu harga pasar modern atau minimarket, tidak mengacu harga pasar tradisional. Kalau ada harga yang lebih murah, kenapa harus memilih harga yang lebih mahal. Lagipula pemerintah tidak mungkin membayar harga mi instan satu bungkus kepada distributor," keluhnya. Selain itu juga ada sarden ukuran 425 gram per kaleng. Harganya Rp15 ribu di RKB. Sedangkan harga di tingkat pasar sekitar Rp13 ribu per kaleng ukuran 425gram. Fakta di lapangan, sarden yang dibagikan ada yang dua kaleng ukuran 155gram, ada yang satu kaleng ukuran 425gram. "Nanti pertanggung jawabannya bagaimana? Apakah yang dijadikan acuan harganya sarden ukuran 425gram atau yang 155 gram dua kaleng. Termasuk juga minyak ada dua merek yang dibagikan kepada penerima bantuan," kata dia. Di sisi lain, kata dia, selain ada harga bahan pangan, ada juga biaya kemasan dan pengemasan. Biaya kemasan (kantong plastik) Rp1.000 untuk 82.638 paket dengan anggaran Rp82.639.000, dan biaya pengemasan Rp300 untuk 81.999 paket sembako dengan anggaran Rp24.599.700, serta ada biaya pemeliharaan di gudang kecamatan Rp300 dengan anggaran keseluruhan Rp24.599.000. "Jadi banyak sekali dugaan terjadinya mark up di setiap harga bahan pangan dan biaya-biaya lainnya. Ini perlu diusut tuntas, karena ini merupakan dana kebencanaan," ungkap Galih. Sementara itu, Inspektur Daerah Arief Purnawan didampingi Pembantu Inspektur Wilayah III, Endan Hamdani, membantah jika harga di setiap bahan pangan telah terjadi mark up. Sebab, semua itu sudah berdasarkan acuan dari harga di pasar modern. "Kalaupun ada kelebihan, nanti akan dikembalikan ke kas negara. Itu semua merupakan harga dari rencana kebutuhan belanja, bukan realisasi," tuturnya, belum lama ini.(red) INFOGRAFIS RKB Bansos Paket Sembako Pemkab Cianjur Bagi Warga Terdampak Covid-19: a) Rekapitulasi rencana kebutuhan anggaran : 1. Alokasi pertama 4.821 KK - Rp571.119.765 2. Alokasi kedua 81.999 KK - Rp11.525.179.007 Total Penerima : 86.820 KK Total anggaran : Rp12.096.298.772 b) Belanja Barang 1. Beras 5kg x 81.999 KK = 409.995kg x 10.700 = Rp4.386.946.500 2. Minyak goreng 2 liter /bks Rp25.000 x 81.999 KK = Rp2.049.975.000 3. Mie Instan 15 bungkus x 81.999 KK = 1.229.985 bungkus x Rp2.600 = Rp3.197.961.000 4. Sarden 425gr /kaleng x 81.999 x Rp15.000 = Rp1.229.985.000 Dugaan Terjadi Mark Up 1. Pembelian Beras a) Realisasi pembayaran beras Rp10.500 dari RKB Rp10.700 per kilogram. b) Jenis beras Medium di tingkat agen/gudang Rp8.300 /kg. Laba dari realisasi pembayaran Rp2.200 x 409.995 kg = Rp901.989.000 c) Jenis beras medium di tingkat pasar Rp9.500 /kg. Laba dari realisasi pembayaran Rp1.000 /kg x 409.995 kg = Rp409.995.000 2. Pembelian Minyak Goreng (belum terkonfirmasi) 3. Pembelian Mie Instan (Belum terkonfimasi) *4. Pembelian sarden 425gram (belum terkonfimasi)*

Sumber: