Lagi, Pelajar Menantang Maut Demi Sekolah di Cianjur, Begini Kondisi Jembatannya
Cianjurekspres.net - Aksi menantang maut untuk bisa sekolah kembali terjadi di Kabupaten Cianjur, bahkan videonya yang beredar di media sosial tersebut sempat viral. Informasi yang dihimpun, peristiwa tersebut terjadi di Desa Cimaragang, Kecamatan Cidaun. Dalam video yang beredar, tampak seorang pelajar sedang berusaha melintasi jembatan gantung yang hampir putus untuk menyeberangi aliran sungai yang cukup deras. Mirisnya, kondisi jembatan tersebut sudah rusak dengan posisinya yang oleng serta sebagian kayu yang menjadi alas untuk pijakan jembatan sudah tidak ada. Bahkan sejumlah bambu terlihat dipasang diatas jembatan untuk memudahkan orang melintas. Baca Juga: Nakes Terbatas, Dinkes Cianjur Kewalahan Kejar 60 Persen Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua untuk Umum Jembatan gantung tersebut ternyata menghubungkan Desa Cimaragang, Kecamatan Cidaun, Cianjur dengan Desa Cikarang, Kecamatan Sewu, Kabupaten Garut. Diketahui jembatan tersebut hancur usai terserat luapan air Sungai Cilaki sebulan yang lalu. Jembatan yang membentang sepanjang100 meter itu merupakan akses utama warga di dua desa yang dipergunakan anak sekolah maupun warga yang hendak bertani. Baca Juga: Harga Sayuran di Pacet Cianjur Anjlok, Petani: Boro-boro untung kembali modal sudah alhamdulillah "Kita sangat khawatir terutama untuk anak sekolah, karena yang sekolah ada SD, SMP, dan SMA. Tapi mungkin mau gimana lagi gak ada lagi jalan," ujar Kepala Desa Cimaragang, Asep Suganda, Selasa (25/1). Tidak hanya dilewati anak sekolah, jembatan yang dibangun sekitar 10 tahun lalu oleh Pemprov Jabar itu juga digunakan oleh warga baik untuk bertani maupun jual hasil bumi lainnya. "Sekarang semua jadi terhambat, ada pun jalan lain itu jarak tempuhnya saja beda 6 jam lebih jauh," ucap Asep. Baca Juga: Respon Cepat Disdukcapil Cianjur Cetak Dokumen Kependudukan Warga Korban Kebakaran Asep mengaku, pihaknya sudah berusaha mengajukan bantuan ke Pemkab Cianjur maupun Pemprov Jabar untuk perbaikan jembatan tersebut namun hingga saat ini belum juga keluar. "Karena tidak mungkin dibangun oleh dana desa, makanya kita ajukan bantuan tapi belum keluar," jelasnya. Baca Juga: Ini Skema Pemberdayaan 10 Ribu UMKM yang Jadi Program Unggulan Bupati Cianjur Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan (DPKP) Cianjur, Cepi Rahmat Fadiana, mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi untuk menganggarkan perbaikan jembatan tersebut. "Kemarin sudah rapat, kita kaji dulu untuk perbaikannya, karena itu kan dibangun oleh Pemprov Jabar jadi tidak bisa sembarangan. Tapi kita usahakan secepatnya akan segera terealisasi," katanya. Diberitakan sebelumnya, kondisi serupa juga dialami belasan anak di Desa Wangunjaya, Kecamatan Naringgul, Cianjur harus bertaruh nyawa untuk bisa mengenyam pendidikan atau sampai sekolah setiap harinya dengan melintasi jembatan gantung yang terbuat dari bambu. Mereka harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh sehingga bisa sampai di sekolahnya yakni SDN Datarmuncang, Desa Malati. Bahkan tidak jarang beberapa anak diantaranya enggan ke sekolah terutama saat musim hujan tiba lantaran takut. Jembatan gantung yang terbuat dari bambu itu membentang sepanjang kurang lebih 15 meter diatas aliran Sungai Cikondang yang memiliki kedalaman lebih dari tujuh meter. Para orang tua pun mengaku khawatir lantaran bisa saja sewaktu-waktu jembatan tersebut ambruk saat dilewati anak sekolah. Asep Sumpena (50) salah satu orang tua siswa, mengatakan, ada sebanyak 13 siswa dari dua kampung yang melewati jembatan tersebut yakni Kampung Tisuk dan Rancasusuh. "Jadi jembatan itu akses satu-satunya untuk sampai ke sekolah SD Datarmuncang di Desa Malati, tidak ada lagi jalan lain. Jaraknya pun sekitar 2 kilometer untuk sampai ke sekolah," ujarnya, Minggu (23/1). Selain anak sekolah, ungkap Asep, jembatan tersebut juga menjadi akses utama bagi masyarakat di dua kampung tersebut untuk bertani maupun menjual hasil tani mereka. Dirinya berharap, pemerintah segera membangun jembatan tersebut secara permanen demi memperlancar dan meningkatkan ekonomi warga setempat. "Kasihan anak-anak sekolah dan warga, setiap harinya harus menantang maut, apalagi kalau musim hujan tiba, air kali Cikondang naik sehingga menyebrangi jembatan sangat berbahaya," ungkapnya. Sementara itu, Irfan Maulana (9) salah seorang siswa SD Datarmuncang, mengaku takut terutama saat musim hujan air sungai sering meluap ditambah kondisi jembatan menjadi licin. "Kalau musim hujan kadang-kadang tidak sekolah karena takut jatuh, kecuali diantar bapak," tandasnya. (mg1/hyt)
Sumber: