Soal Stunting, Sekda Cianjur: Dari Kabupaten Kota di Jawa Barat Kita Kedua Terbawah

Soal Stunting, Sekda Cianjur: Dari Kabupaten Kota di Jawa Barat Kita Kedua Terbawah

Cianjurekspres.net - Sekretaris Daerah Kabupaten Cianjur, Cecep S Alamsyah, mengakui jika angka stunting di Kabupaten Cianjur masih lumayan tinggi. Bahkan berada di posisi kedua terbawah dari 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat. Pihak DPRD pun meminta pemerintah daerah untuk melakukan evaluasi secara utuh terhadap program-program yang sudah dibuat dan dijalankan agar tepat sasaran. "Cuma memang karena kita regional dan nasional itu menggunakan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), kita ikut juga menggunakan data itu. Masih lumayan tinggi (angka stunting, red), dari kabupaten kota di Jawa Barat itu kita kedua terbawah," ungkapnya kepada Cianjur Ekspres di Gedung DPRD Cianjur, Kamis (30/6). Baca Juga: Menteri BUMN, Erick Thohir Ungkap Ada 9 Pekerjaan yang Akan Hilang Hal ini pun, jelas Cecep, menjadi pusat perhatian Pemkab Cianjur karena stunting merupakan gambaran dari bagaimana pembangunan sumber daya manusia di Cianjur. "Jadi kualitas sumber daya manusia kita lihat di stunting, dan stunting ini sebetulnya lebih (kepada, red) kekurangan gizi, persoalan makanan yang masuk ke mulut anak atau masuk ke mulut ibu hamil," ucapnya. Selain gizi, menurut Cecep, ekonomi merupakan faktor yang juga mempengaruhi. "Ekonomi itu pengaruhi daya beli dan daya beli akan berpengaruh (kepada, red) ketersediaan makanan di keluarga. Ketersediaan makanan itu akan mempengaruhi konsumsi di keluarga itu. Apalagi ada budaya, misalnya sudah makannya kurang, tapi balita tidak mendapat prioritas, itu kan menjadi masalah," katanya. Baca Juga: Istri Cuti Hamil dan Melahirkan 6 Bulan, Bagaimana Nasib Suami? Sehingga dalam upaya penanganan stunting di Cianjur, kata Cecep, pemda mengumpulkan seluruh stakeholder terkait yang di nilai bisa berkontribusi atau berpengaruh terhadap perbaikan situasi stunting yang selama ini memang Cianjur itu kasusnya masih terbilang tinggi. Fokus penanganannya pun ada dua, yakni pertama, intervensi secara spesifik terhadap anak yang sudah stunting. Lalu yang kedua terhadap faktor yang mempengaruhi atau intervensi sensitif. Seperti peningkatan air bersih, pemanfaatan pekarangan, sanitasi, pemeriksaan kesehatan, tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan (PMT). "Jadi faktor-faktor yang kira-kira bisa mempengaruhi terjadinya stunting itu kita cegah," ujar Cecep. Baca Juga: BIN dan Puskesmas Campaka Sisir Warga yang Belum Divaksin Disisi lain, pendekatan pemerintah sekarang lebih ke arah collaborative governance melibatkan unsur pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, komunitas-komunitas, organisasi profesi, organisasi masyarakat. "Nah, itu kita kumpulkan bagaimana kita secara bersama-sama untuk menangani hal ini (stunting, red). Nanti salah satu yang kita sepakati kemungkinan seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara) dan pihak-pihak yang memang peduli, menjadi bapak asuh daripada anak-anak stunting ini," paparnya. Saat ditanya target penurunan angka stunting, Cecep mengatakan minimal turunnya 10 persen dan maksimal 20 persen sampai akhir tahun ini. "Tapi kita lihat nanti efektivitas pengenaan program yang kita lakukan saat ini, kalau tidak efektif ganti lagi," katanya.(hyt)

Sumber: