Dinsos Cianjur Kesulitan Tangani Anjal dan Gepeng
Cianjurekspres.net - Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Cianjur Asep Suparman mengaku kesulitan dalam menangani anak jalanan (Anjal), gelandangan dan pengemis (Gepeng) yang ada disekitaran kota Cianjur. Asep mengatakan, hampir rata-rata yang menjadi alasan Gepeng dan Anjal saat ditertibkan berdalih kebutuhan atau faktor ekonomi yang mendesak untuk menjadi pengemis dan juga anak jalanan. "Mereka Gepeng, dan Anjal itu penyandang masalah, saat kami tertibkan bersama Satpol PP dalihnya ekonomi," kata Asep, saat ditemui di sela kegiatan Desa Manjur di Desa Mekarjaya Sukaluyu, Selasa (2/8). Baca Juga: Harga Jual Sayuran dari Tangan Petani Anjlok, Pakcoy Rp300 Per Kilogram Dikatakan Asep, populasi atau keberadaan Gepeng dan Anjal tersebut jumlahnya semakin signifikan d setiap minggunya. "Pada saat dilakukan penertiban bersama Satpol PP jumlahnya terus bertambah, setelah dilakukan pendataan dan akan dikirim ke panti rehabilitasi namun keluarga tidak mau, sehingga dikembalikan ke pihak keluarga bahkan kami berikan bantuan agar tidak kembali turun ke jalan," ujarnya. Asep mengatakan, keberadaan Gepeng saat terbilang banyak bahkan disetiap lampu merah dan juga perempatan jalan, bahkan keliling ke kampung-kampung pun banyak. Baca Juga: Cianjur Peringkat ke-2 Terbanyak Soal Pernikahan Anak di Jabar "Kalau menurut saya, solusinya jika warga menemukan Gepeng atau Anjal jangan sesekali memberikan uang sehingga akan berdampak jera. Tapi kalau sebaliknya bukan tidak mungkin akan terus ketagihan," kata Asep. Dijelaskan Asep, yang berwenang untuk bertindak keberadaan Gepeng maupun Anjal tersebut dari Satpol PP. "Satpol PP ini kan sebagai penegak Perda, dan memamg rutin dalam setiap satu bulan sekali ada kegiatan penertiban da hasilnya diserahkan ke Dinsos lalu kami mendata dan bisa langsung diserahkan ke panti rehabilitasi di Provinsi Jabar," tuturnya. Tak hanya itu lanjut Asep, bupati pun menginstruksikan agar para Gepeng dan juga Anjal yang biasa berkeliaran di sekitaran Masjid Agung untuk ditertibkan. "Disetiap hari Jumat pun sudah dilakukan penertiban, bahkan jumlahnya lumayan banyak," ujarnya. Sementara itu AE (17) salah satu penari badut yang ada di lampu merah mengaku jika dirinya terpaksa harus bekerja menjadi badut penari. Hal tersebut dilakukan agar bisa memiliki uang jajan dan sebagian dikumpul untuk kebutuhan lainnya. "Saya jadi badut penari ini kurang lebih sudah enam bulan lamanya, uang yang terkumpul untuk kebutuhan dan tambah-tambah uang jajan," katanya. AE mengatakan, rasa khawatir selalu menghampiri disaat dirinya tengah berjoget ditengah jalan saat lampu merah menyala. "Kadang saya juga takut ketabrak, dan yang paling takut lagi kalau sudah melihat rombongan Satpol PP. Tapi sejauh ini saya belum pernah diamankan atau dibawa ke Dinas Sosial," pungkasnya.(yis/sri)
Sumber: