ALJAZAIR,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Aljazair pada Sabtu meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan sidang darurat secara terbuka Selasa depan (13/8) untuk membahas serangan Israel ke sebuah sekolah yang menaungi para pengungsi di Kota Gaza. Permintaan itu disampaikan Aljazair, selaku anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, sebagai tanggapan atas perkembangan terbaru di wilayah Palestina yang diduduki. "... terutama setelah serangan udara oleh tentara Zionis di sekolah Al-Tabin," lapor kantor berita resmi Aljazair, yang mengutip sumber diplomatik anonim di New York.
BACA JUGA:RI Kirim 25 Nakes ke El Arish, 15 Diantaranya Dipersiapkan ke Gaza Permintaan itu, menurut laporan tersebut, diajukan Aljazair setelah ada "pembicaraan dengan Negara Palestina dan didukung oleh negara-negara anggota DK PBB lainnya (tidak dijelaskan lebih lanjut)". Sedikitnya 100 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka ketika pesawat Israel menyerang para warga Palestina yang sedang melaksanakan shalat subuh di Sekolah Al-Tabin di daerah Al-Daraj. Serangan itu menambah jumlah sekolah yang menjadi sasaran tentara Israel di Kota Gaza selama seminggu lalu yang meningkat menjadi enam, menurut penghitungan Anadolu.
BACA JUGA:PBB Sebut Israel Masih Larang Penyediaan Bahan Bakar di Gaza Israel terus melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza kendai ada seruan dari para mediator, termasuk Mesir, Amerika Serikat, dan Qatar. Negara-negara mediator itu mendesak Israel untuk menghentikan permusuhan serta membuat kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran sandera. Gelombang serangan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 39.800 korban sejak Oktober tahun lalu, menyusul serangan lintas batas yang dilakukan kelompok pejuang Palestina, Hamas.
BACA JUGA:Baznas Sediakan Mobile Clinic Bagi Pengungsi Palestina di Yordania Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) digugat melakukan genosida. ICJ telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di Rafah. Di kota bagian selatan itu, lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.