Uang KPM Program Sembako Diduga Jadi Bancakan

Selasa 14-04-2020,12:42 WIB
Editor : herry

Cianjurekspres.net - Penyaluran bahan pangan Program Sembako pada April banyak ditemukan keluhan dari para keluarga penerima manfaat (KPM), Senin (13/4/2020). Bukan hanya pada kualitas pangan, namun juga ditemukan selisih harga sembako yang cukup besar dibandingkan harga di pasaran. Hal tersebut memperkuat adanya dugaan terjadinya penyelewengan dana KPM oleh oknum suplayer. Berdasarkan tim investigasi LSM Cianjur Aktivis Independen (CAI) Kabupaten Cianjur, terdapat kualitas bahan pangan diduga kuat tidak sesuai dengan kualitas. Parahnya, ada dugaan selisih di dalam realisasi penyaluran program tersebut. "Ada yang kualitas beras tidak sesuai dengan ketentuan. Berasnya berkualitas buruk. Daging yang diberikan terdapat banyak lemak di tambah sedikit basi. Kemudian terdapat selisih berdasarkan investigasi tim yaitu mencapai Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per KPM," kata Direktur Eksekutif LSM CAI Kabupaten Cianjur, Farid Sandi, kepada Cianjur Ekspres, Senin (13/4/2020). Contohnya di Kampung Pasirasem RT 02/RW 18, Desa Ciranjang, Kecamatan Ciranjang, para KPM menerima beras dengan kualitas jelek seberat 10 kilogram, daging sapi sekitar 1/2 kilogram, kentang 1/2 kilogram, apel 1/2 kilogram, dan tempe sepotong ukuran sedang. Total estimasi belanja sekitar Rp146.500 ribu dari total saldo KPM Rp200 ribu. Artinya ada sisa atau selisih harga yang cukup besar yakni Rp52.500 ribu. "Rinciannya beras tanpa kulitas di pasar tradisional Rp7.500 per kilogram, daging sapi 1/2 kilogram Rp55 ribu (jika harga daging lokal), kentang 1/2 kilogram Rp6.500 ribu, buah apel hijau tanpa kualitas 1/2 kilogram Rp8 ribu, dan tempe Rp3 ribu. Total belanja sekitar Rp147.500 ribu," kata Farid. Dia menyebutkan, rata-rata KPM di Kecamatan Ciranjang mendapatkan bahan pangan tersebut tanpa ada telur ayam. Kualitas bahan pangan pun banyak ditemukan berkualitas jelek. Seperti buah apel hijau dalam keadaan busuk, kentang busuk, terutama kualitas beras jelek, kuning ada berbau. "Tidak semua warga di Ciranjang mendapatkan kualitas jelek. Ada beras yang menurut warga cukup bagus, buah apel hijau juga ada yang bagus. Tapi kalau dirata-ratakan banyak kualitas bahan pangan yang tidak layak dikonsumsi. Kami sangat kecewa atas kejadian tersebut tidak kasihan kepada rakyat yang semestinya mendapatkan produk yang baik, sehat dan bergizi ini malah terbalik," keluhnya. Pihaknya juga menilai bahwa ada dugaan tindak pidana korupsi di dalamnya pada program sembako tersebut. Lalu upaya yang akan dilakukan menunggu selesainya tim mengidentifikasi beberapa masalah dan dikumpulkan yang selanjutnya akan membuatkan kajian untuk segera mungkin disampaikan ke pihak yang berwenang. "Biar kejadian ini segera dilakukan penyelidikan secara menyeluruh dari mulai hulu sampai hilir. Kami juga menilai bahwa Dinas Sosial seolah membiarkan praktek-praktek kotor ini berjalan dengan aman-aman saja. Kami juga menilai bahwa program tersebut seolah menjadi bisnis bagi oknum-oknum suplayer yang terus meraup pundi-pundi uang dari derita rakyat yang dialami," ujarnya. Sementara itu, Presidium LSM Aliansi Masyarakat Penegak untuk Hukum (Ampuh) Cianjur, Yana Nurjaman, menuturkan dalam masa distribusi bantuan sembako pada April ini, timnya kembali menemukan kelalaian yang dilakukan suplayer. Selain itu pihaknya juga menemukan kembali peran nakal tangan-tangan TKSK pada proses pengadaan komoditi non-berasnya. "Di Kecamatan Sukaresmi oknum ASN bahkan turut mengarahkan dan menekan agen-agen agar menerima pasokan komoditi non beras dari pemasok yang tidak melakukan MoU sebelumnya," tutur Yana. Apa yang terjadi di Sukaresmi, tegas dia, ternyata juga terjadi di Kecamatan Sukaluyu. Pasokan barang dengan kualitas di bawah standard dari suplayer yang sebelumnya tidak melakukan MoU dengan agen banyak ditemukan di agen-agen tersebar di Kecamatan Sukaluyu. "Hal ini sekali lagi harus mendapat perhatian yang serius dan disikapi dengan tegas oleh Dinas Sosial Kabupaten Cianjur, kalau dibiarkan jangan harap program sembako akan mendatangkan manfaat yang maksimal bagi para KPM. Program ini akhirnya hanya menguntungkan oknum-oknum suplier liar, TKSK dan agen nakal," tegasnya. Saat ini juga, lanjut dia menerangkan, Ampuh meminta Dinas Sosial sebagai pengendali kebijakan program sembako di daerah untuk segera mengambil langkah-langkah tegas dan strategis untuk menyelamatkan dana rakyat pra sejahtera ini. Harus segera dilakukan upaya penyeragaman bahan komoditi non berasnya, ditentukan bahan-bahan, baik buah-buahan atau sumber protein hewaninya yang bisa bertahan agak lama. "Buah-buahan yang keliatan bagus di luar ternyata tidak menjamin di dalamnya juga bagus. Temuan kemarin contohnya banyak sekali buah-buahan yang ketika mau dikonsumsi ternyata dalamnya sudah dalam kondisi busuk, tempe juga tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Sementara ketika bahan itu diterima agen, KPM kan tidak langsung mengambilnya," bebernya. Ini semua, kata Yana, perlu disikapi dengan serius oleh Dinas Sosial, penyeragaman menjadi sebuah keharusan. Dinas Sosial agar secepat mungkin menertibkan suplier liar dan TKSK nakal yang turut bermain dipemasokan bahan komoditi nonberas, karena ini semua memperlemah fungsi pengawasan itu sendiri. "Bahkan kami menemukan hal yang aneh. Salah satu KPM di Kecamatan Kadupandak bisa mengklaim sembako di Desa Nagrak. Bahkan, bahan pangan masih saja ada abon, padahal sudah ada daging sapi. Di Desa Nagrak KPM menerima beras 10 kilogram, abon 1 ons, daging sapi kurang dari 1/2 kilogram, kacang hijau 1/4 kilogram, kentang 1/2 kilogram, buah apel hijau tiga biji," tukasnya. Sementara itu Pemilik Agen e-Warong Desa Sukatani Kecamatan Pacet, Nina Nurjainah, Dina Ika Safitri mengatakan, ada perubahan item bantuan sembako yang akan diterima KPM di Desa Sukatani. Di antaranya kentang 6 butir, beras medium 10 kilogram, buah apel hijau 4 biji, daging sapi 1/2 kilogram, tempe satu potong. "Berdasarkan informasi yang kita terima dari suplayernya, akan ada perubahan item barang atau bantuan sembako bagi KPM. Yang tadinya ada abon, kacang hijauakan diubah menjadi daging sapi, kentang, kacang tanah, buah apel, sedangkan untuk telur, dan abon tidak ada lagi," katanya. Menurutnya, agar daging tetap segar, pihaknya diberikan bantuan pinjaman lunak sebesar Rp1,5 juta untuk pembelian Freezer yang nantinya bisa digunakan untuk penyimpanan daging. "Sudah diberikan bantuan pinjaman lunak dari suplayer untuk pengadaan Freezer sebesar Rp 1,5 juta. Dengan begitu sisanya kita dari agen e-Warong, kalau harga pendingin itu sendiri Rp 3,7 juta," katanya. Meskipun bantuan sembako di Kecamatan Pacet sudah disalurkan, namun jenis sembako yang diterima KPM tak semuanya sesuai yang diharapkan para KPM, seperti daging sapi namun terkesan banyak lemak ketimbang dagingnya. "Kemarin Minggu (12/4) malah menyusul tempe satu garis atau kalau beli di warung kurang lebih Rp5 ribu, tapi kalau beras, daging, apel, dan, kentang lebih awal datangnya," kata salah seorang warga di Desa Sukatani.(red/*)

Tags :
Kategori :

Terkait