Psikolog UGM: Pendidikan Seksual Cegah Kekerasan Seksual Anak
Ilustrasi-kekerasan terhadap anak. (Foto: Pixabay)--
YOGYAKARTA,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Indria Laksmi Gamayanti menekankan pentingnya pendidikan seksual sejak dini sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak.
"Pendidikan seksualitas sejak dini dalam bentuk yang positif dan sesuai usia, termasuk pengenalan bagian tubuh, batasan interaksi fisik, dan pemahaman tentang media digital," ujar Indria dalam keterangannya di Yogyakarta, belum lama ini.
Pernyataan itu disampaikan Indria menyusul kasus predator seksual anak di Jepara beberapa waktu lalu dengan 31 korban berusia 12 hingga 17 tahun.
Menurutnya, pendidikan seksual yang diberikan secara tepat dan sesuai usia dapat membekali anak agar mampu mengenali risiko serta melindungi diri.
BACA JUGA:Sekitar 650 Ruang Kelas SD dan SMP di Cianjur Rusak Berat
BACA JUGA:Wamendikdasmen Usul Sekolah Ajarkan Bahasa Daerah Sejak Awal SD
Indria menuturkan anak-anak usia pra-remaja dan remaja sedang berada dalam masa pencarian identitas dan sangat membutuhkan perhatian serta pengakuan dari lingkungan sekitar.
"Ketika hal ini tidak terpenuhi dari lingkungan terdekat, mereka menjadi lebih mudah tergoda oleh bujuk rayu dan pujian dari lawan jenis," ujar dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM itu.
Dia menilai hingga saat ini literasi anak terhadap dunia digital masih rendah. Banyak anak belum memahami batasan privasi dan tidak memiliki kesiapan menghadapi konten seksual atau ajakan mencurigakan yang kerap muncul di media sosial.
Oleh karena itu, orang tua dan pendidik diharapkan mampu mendeteksi tanda-tanda awal anak menjadi korban kekerasan seksual, meski tidak selalu tampak jelas.
BACA JUGA:GPPI Desak Kemendikdasmen Batasi Rombel Sekolah Negeri
BACA JUGA:Wamendiktsaintek: Kita Memerlukan
Indria menyebutkan beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain perubahan sikap ekstrem, penurunan prestasi akademik, mimpi buruk, ketakutan terhadap sentuhan fisik, atau menarik diri dari lingkungan sosial.
Jika menemukan tanda-tanda tersebut, menurut dia, orang tua sebaiknya tidak langsung menyalahkan anak.
Sumber: antara
