Ini Penjelasan BMKG Soal Isu Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut
Ilustrasi-Gempa (pixabay)--
Teguh Rahayu menyebut, BMKG memiliki 31 site sensor Seismograf, 33 site Accelerograph, 66 site Intensity Meter, 23 site WRS NG dan 8 site sirene yang tersebar di seluruh daerah di Jawa Barat.
Di Cianjur sendiri, terdapat dua unit pendeteksi dini bencana yakni WRS NG dan Intensity Meter model PC-01 Cube yang ada di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jalan Siliwangi, Kecamatan Cianjur.
BACA JUGA:BMKG: Waspada Potensi Hujan Deras Disertai Angin Kencang
BACA JUGA:BMKG Prakirakan Hujan Ringan Hingga Sedang Mengguyur Indonesia
"Kedua alatnya dalam posisi menyala (on). Kalau off tidak mungkin kami biarkan, karena SOP kami tidak memperbolehkan alat off lebih dari 24 jam," ungkapnya.
Terpisah, Kepala pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Cianjur, Asep Sukmana Wijaya membenarkan jika Intensity Meter yang ada di kantornya menyala, namun sirene peringatan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di kantornya tidak aktif.
"Intensity meternya akan bunyi kalau ada gempa dengan kekuatan 8 magnitudo ke atas. Kalau terjadi di laut itu kan berpotensi menyebabkan tsunami. Hanya sirenenya saja yang tidak nyala," kata Asep saat dikonfirmasi.
Selain itu, dirinya juga telah mengadakan simulasi penanganan jika terjadi bencana gempa besar di wilayah Cianjur Selatan khususnya di Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, dan Cidaun.
BACA JUGA:BMKG: Potensi Banjir Lahar Gunung Marapi Susulan Lebih Besar
BACA JUGA:BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Hujan Lebat
"Di Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun; Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang; dan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Agrabinta. Itu dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan pada warga pesisir, juga melatih para Relawan Tangguh Bencana (Retana) untuk penanganan saat bencana gempa besar," ungkapnya.
Pihaknya juga sudah menyiapkan rambu-rambu jalur evakuasi ke lokasi yang lebih tinggi di daerah-daerah pesisir Cianjur Selatan.
Sumber: