Bocah Berkelamin Ganda Digosting, Jadwal Operasi Tak Kunjung Pasti

Bocah Berkelamin Ganda Digosting, Jadwal Operasi Tak Kunjung Pasti

Cianjurekspres.net - Pasangan Suami-istri Iyan Kustian (46) dan Ida Rosidah (37), warga Desa Kertamukti Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, termenung penuh kebingungan dengan nasib anak bungsunya, berinisial A. Pasalnya bocah berusia 5 tahun ini berkelamin ganda. Air mata pun kerap mengalir ketika keduanya melihat sang anak, apalagi operasi yang kabarnya akan ditanggung BPJS Kesehatan tak kunjung terlaksana. Bahkan sudah dua tahun berlalu, tak ada kabar kepastian kapan anaknya akan menjalani operasi. Iyan Kustian, menjelaskan kelamin ganda pada anaknya sudah diketahui sejak lahir. Namun keterbatasan biaya membuatnya harus menunda penanganan medis. "Dari pihak dokter yang menangani anak saya, bilangnya ada kelainan. Condongnya ke laki-laki, namun alat viralnya tidak muncul dan lebih seperti kelamin perempuan. Katanya harus operasi, tapi biayanya besar, saya yang hanya kerja serabutan darimana biayanya," ucap dia, Jumat (29/10/2021). Pada 2019 lalu, anaknya menjalani operasi pertama di Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan ditanggung BPJS dengan tujuan untuk menurunkan biji kemaluan yang posisinya terlalu berada di dalam tubuh. Iyan mengatakan, anaknya diharuskan menjalani operasi kedua agar kelaminnya bisa berfungsi dengan normal. Tetapi untuk bisa operasi, harus dilakukan test kromosom. Biaya test kromosom yang mencapai Rp2 juta pun sempat membuatnya bingung, lantaran penghasilannya yang minim. "Alhamdulillah setelah pinjam kesana kemari, dan ada juga bantuan dari donatur bisa dilakukan test kromosom sebagai dasar agar anak saya bisa menjalani operasi kedua," kata dia. Sayangnya, kabar baik kapan anaknya akan menjalani operasi tak kunjung datang. Dua tahun menanyakan kabar ke pihak rumah sakit, namun tak pernah ada kejelasan. "Sudah sering ditanyakan, kapan anak saya operasi kedua tapi jawabannya nanti dan nanti. Nanti dikabarin, nanti dijadwalkan. Mungkin karena awalnya saya pakai BPJS yang gratis, jadi nasibnya begini," ungkapnya. Menurutnya biaya operasi yang mencapai Rp40 juta hingga Rp60 juta untuk sekali operasi membuatnya bingung. Terlebih tak ada harta dan benda lagi yang bisa Ia jugal untuk biaya pengobatan anaknya. "Kalau saya punya rumah, pasti saya juga jual rumah untuk biaya operasi secara mandiri. Demi anak saya akan lalukan semuanya. Tapi kan saya juga tinggal di rumah keluarga, makanya saya bingung, sedangkan nunggu kepastian juga tidak ada kabar terus. Sedangkan anak saya semakin dewasa, mau sekolah, dan sekarang kerap jadi bahan cemooh temannya, sedih kah hati saya," tuturnya seraya berlinang air mata. Dia berharap ada dermawan yang membantu operasi anaknya, agar anak bungsunya bisa hidup dengan normal. "Saya berharap kepada siapapun yang bisa membantu anak saya. Tolong anak saya yang masih harus menjalani operasi," imbuhnya. (mg1/nik)

Sumber: