Kasus Omicron di Indonesia Masih Didominasi Pelaku Perjalanan Internasional

Kasus Omicron di Indonesia Masih Didominasi Pelaku Perjalanan Internasional

Cianjurekspres.net - Kementerian Kesehatan merinci kasus Omicron di Indonesia, masih didominasi dari para pelaku perjalanan internasional yang berasal dari negara Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan USA. Menyusul temuan ini, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengimbau masyarakat untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke luar negeri terutama kelima negara tersebut. Sebab penularan Omicron terus meluas, terlebih saat libur pergantian tahun dipastikan mobilitas masyarakat kian meningkat. Menurutnya, berdasarkan catatan Kemenkes, Senin (3/1), terdapat 152 kasus konfirmasi Omicron di Indonesia. Dimana 146 diantaranya merupakan kasus impor dan 6 kasus transmisi lokal. Baca Juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Capai 280 juta Dosis di Akhir 2021 ''Dari 152 kasus yang masuk ke Indonesia, setengahnya tanpa gejala setengahnya lagi sakit ringan, mereka tidak butuh oksigen dan saturasinya masih diatas 95%. Sekitar 23% atau 34 orang sudah kembali ke rumah. Sampai sekarang tidak ada yang menbutuhkan perawatan serius di RS, cukup diberi obat dan vitamin,'' kata Budi keterangan pers di Jakarta, Senin (3/1). Dirinya mengatakan, selain melakukan upaya promotif dan preventif, mencegah semakin banyaknya kasus Omicron yang masuk ke Indonesia. Upaya antisipsi dalam negeri juga dilakukan dengan memperkuat fasilitas pelayanan kesehatan termasuk aspek penunjang seperti SDM Kesehatan serta farmasi dan alat kesehatan. ''Jumlah tempat tidur di Indonesia ada sekitar 400 ribu, 30% atau 120 ribu kita dedikasikan untuk COVID-19, sekarang yang terisi sekitar 240-250 ribu tempat tidur. Jadi masih ada room sekitar 110 ribu yang sebelumnya memang sudah kita alokasikan untuk COVID-19,'' tuturnya. Baca Juga: Ratusan Ribu Anak SD di Cianjur Bakal Divaksinasi Covid-19 Menkes menambahkan, pada serangan varian delta pada pertengahan tahun 2021, oksigen merupakan kebutuhan esensial bagi perawatan pasien COVID-19, baik di RS maupun isoman di rumah. Kelangkaan pasokan oksigen yang kemudian berdampak terhadap pasien yang sedang menjalani perawatan jntensif. Guna memenuhi kebutuhan oksigen medis, Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan kurang lebih 16 ribu oksigen konsentrator atau setara 800 ton/hari ke rumah sakit-rumah sakit untuk perawatan pasien COVID-19 terutama RS yang kesulitan mengakses oksigen cair. ''Kita juga sudah menerima dan sedang memasang 31 oksigen generator. Saat ini 70% sudah selesai. Ini oksigen medis yang besar bahkan bisa mengakomodir kebutuhan satu rumah sakit,'' terang Menkes. Baca Juga: Vaksinasi Anak di Cianjur Awal Januari 2022 Kebutuhan obat terapi bagi pasien COVID-19 juga melonjak signifikan saat kenaikan kasus pada pertengahan tahun lalu. Belajar dari pengalaman, saat ini pemerintah telah menyiapkan stok obat bagi pasien COVID-19 dan siap didistribusikan apabila terjadi lonjakan permintaan obat. ''Hari ini kita akan datangkan monoviravir, saat ini kita simpan dulu, kalau ada apa-apa nanti kami distribusikan. Obat ini terbukti bisa membantu menekan laju pasien yang saturasi 94% ke RS,'' kata Menkes. Kendati varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi dengan risiko sakit berat yang rendah. Meskipun demikian, masyarakat harus tetap waspada karena situasi dapat berubah dengan cepat. Untuk itu upaya pencegahan dan pengendalian dan upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan. ''Yang penting protokol kesehatan harus dilakukan dengan baik. Juga gunakan Pedulilindungi dengan disiplin, dengan begitu kita bisa trace. Yang kasus transmisi lokal di Medan kita jadi tahu dalam 5 hari terakhir kemana saja. Pastikan disiplin karantina dengan baik," tandasnya.(kemkes/hyt)

Sumber: