BPBD Cianjur Mencatat ada 14 Bencana Terjadi Akibat Cuaca Ekstrem

BPBD Cianjur Mencatat ada 14 Bencana Terjadi Akibat Cuaca Ekstrem

Retakan tanah di atas Kampung Sukamanah (Cipicung) RT 03/RW 06 Desa Gelarpawitan, Kecamatan Cidaun, Cianjur.(istimewa/BPBD Cianjur)--

CIANJUR, CIANJUR EKSPRES - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, mencatat total 14 bencana yang terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi sejak Senin (7/11) lalu. 

Hal itu menambah daftar bencana yang terjadi pada Sabtu (05/11), dimana BPBD Cianjur mencatat ada 10  kejadian sebelumnya.

BACA JUGA:Viral Jembatan Besi di Tanggeung Cianjur Hampir Putus di Media Sosial, Begini Kondisinya

Tercatat tanah longsor hingga banjir bandang terjadi di hampir tiap kecamatan di selatan Cianjur yakni Cidaun, Leles, Cikalongkulon, Agrabinta, Sukanagara, Kadupandak, Pagelaran, Tanggeung hingga Takokak.

“Cuaca makin ekstrem, kemarin (Sabtu) kita terima 10 laporan, dan tadi malam (Selasa) kita terima 14 laporan bencana. Semua terjadi karena hujan dengan intensitas tinggi,” ujar Sekretaris BPBD Cianjur, Rudi Wibowo saat ditemui Cianjur Ekspres, Kamis (09/11/2022).

Namun, pihak BPBD belum bisa melakukan evakuasi sebelum terjadi bencana, meskipun sudah lakukan kajian mitigasi. Sampai saat ini, peringatan dini terhadap potensi bencana masih sebatas himbauan. Ketersediaan lahan milik pemerintah dan kajian lokasi masih jadi kendala.

BACA JUGA:Ajudan Gagal Nikah Gegara Kasus Pembunuhan, Ferdy Sambo Minta Maaf

Seperti misalnya, lanjut dia, di salah satu lokasi yakni Kampung Sukamanah RT 03/RW 06 Desa Gelarpawitan Kecamatan Cidaun, BPBD menemukan temukan retakan berpotensi longsor di bukit perkampungan tersebut.

“Disitu sudah ada retakan tanah, namun kita tidak bisa begitu saja mengevakuasi sebelum ada bencana. Kita mau evakuasi kemana?. Kita cuma beri imbauan, kalau hujan 2 jam berturut-turut, segera evakuasi diri. Khusus untuk di Kampung Sukamanah, kita imbau untuk tidak tidur dirumah dulu,” kata Rudi. 

Untuk membuat lokasi evakuasi, lanjut Rudi, pemerintah harus memiliki lahan sendiri. “Prosesnya panjang untuk itu. Harus ada lahan dulu, harus ada anggaran, harus ada kajian lokasi mana yang sekiranya aman untuk evakuasi,” kata dia.

BACA JUGA:Sungai Cibuni Meluap, Banjir Terjang Empat Desa di Kadupandak Cianjur

Sementara untuk alat peringatan bencana, BPBD Cianjur baru memiliki alat Intensity Meter. Jumlahnya ada 16 yang tersebar di seluruh kecamatan di Cianjur. Namun, alat tersebut hanya bisa mendeteksi pergeseran tanah atau gempa.

Sebelumnya, kata Rudi, pihaknya juga telah menerima warning dari Deputi Bidang Pencegahan BNPB melalui Direktorat Peringatan Dini  soal lokasi dengan potensi banjir juga tanah longsor. Data tersebut telah diterbitkan sejak akhir Oktober 2022.

"Data itu berdasarkan kajian dari BMKG, itu yang kami teruskan pada camat-camat se Cianjur, agar waspada terhadap potensi bencana," kata Rudi.

Sumber: