Disnakertrans: Pengangguran di Cianjur Masih Didominasi Lulusan SMK
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Cianjur, Hero Laksono. (Foto: CIANJUR EKSPRES/Mochammad Nursidin--
CIANJUR,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans Kabupaten Cianjur, Hero Laksono menyampaikan tingkat pengangguran di Kabupaten Cianjur masih didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Komposisi pengangguran tahun 2024 menunjukkan dominasi jenjang pendidikan tersebut (SMK,red), disusul oleh lulusan perguruan tinggi yang juga mulai meningkat," katanya.
Hero menjelaskan, data tingkat pengangguran terbuka (TPT) masih mengacu pada rilis Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk tahun 2025, data resmi belum tersedia dan baru akan dirilis setelah tahun berjalan selesai.
“Kami masih menggunakan data terakhir yakni TPT 2024 yang dirilis tahun 2025,” ujarnya kepada Cianjur Ekspres, Minggu (16/11/2025)
BACA JUGA:Program MBG di Cianjur Serap 12.000 Lebih Tenaga Kerja, Turunkan Angka Pengangguran
BACA JUGA:Ketua Komisi II Minta Pemkab Cianjur Perhatikan Pengangguran dan Kemiskinan
Menurutnya, angka pengangguran di Cianjur menurun cukup signifikan dari 7,71 persen pada 2023 menjadi 5,99 persen di 2024. Jumlah pengangguran juga turun dari 107.215 orang menjadi 84.781 orang.
Meski demikian, Heri mengingatkan bahwa kecenderungan ekonomi global berpotensi meningkatkan kembali angka pengangguran di 2025.
“BPS menyampaikan bahwa iklim investasi tahun ini kurang menguntungkan. Banyak perusahaan, terutama garmen, mengalami tekanan ekonomi sehingga merumahkan pekerja,” ujarnya.
Hero memperkirakan TPT 2025 kemungkinan akan naik ke 6 sekian persen, meski belum dapat dipastikan sebelum data resmi dirilis. Ia berharap, angka tersebut tidak melebihi rata-rata Jawa Barat.
BACA JUGA:Disnakertrans Cianjur Sebut Banyak Perusahaan Terapkan PKWT
BACA JUGA:Kemenkop Gelar Lokakarya Penguatan Bisnis KDMP di Cianjur, Dorong Kerja Sama Antar Koperasi
Di sisi lain, Disnakertrans terus berupaya menekan pengangguran melalui berbagai program pelatihan kerja seperti perbengkelan, tata boga, dan keterampilan lain yang dibutuhkan dunia usaha. Namun, keterbatasan anggaran membuat jumlah peserta tiap pelatihan hanya 30–40 orang.
Selain itu, job fair yang biasanya menjadi sarana efektif mempertemukan pencari kerja dan perusahaan kini dilaksanakan secara online mengikuti instruksi pemerintah, demi menghindari potensi kerumunan besar.
Sumber:
