Pasalnya, kurang lebih 9 sirene peringatan tsunami milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang ada di sepanjang pesisir Cianjur, dikhawatirkan tak berfungsi.
"Sirene milik BNPB pun tidak bunyi secara otomatis jika ada peringatan tsunami. Harus dipencet oleh operator yang di sana baru bunyi," ungkap Asep saat ditemui beberapa waktu lalu.
BACA JUGA:Petugas Damkar Cikalongkulon Cianjur Evakuasi Ular King Kobra Sepanjang Empat Meter
BACA JUGA:Ratusan WBP Lapas Kelas IIB Cianjur Terima Remisi, Dua Orang Langsung Bebas
Selain, dikabarkan kondisi sirene-sirene tersebut juga perlu perbaikan setelah karat akibat angin laut.
"Sehingga kita harus mencari alternatif lain sebagai peringatan dini yaitu pengeras suara masjid. Jadi kalau ada informasi potensi tsunami dari BMKG, kita akan sampaikan ke ralawan tangguh bencana (Retana) yang ada di tiap desa agar mengumumkannya lewat toa masjid," jelasnya.
Pada Mei 202 lalu pun pihaknya telah melakukan simulasi penyelamatan dan panggulangan bencana tsunami pada kurang lebih 90 Retana yang ada di 18 desa pesisir Cianjur Selatan.
"Tiap desa kan ada 5 personil Retana, dan jumlah desa wilayah pesisir mulai Kecamatan Cidaun, Sidnangbarang, dan Agrabinta itu ada 18 desa. Semua kita latih simulasi jika terjadi tsunami," kata dia.
BACA JUGA:Desa Waringinsari Kecamatan Takokak Raih Juara Ketiga Lomba Desa Tingkat Kabupaten Cianjur
BACA JUGA:BPBD Cianjur Sebut Rp71 Miliar Dana Stimulan Gempa Tahap IV Bisa Dicairkan Pekan Depan
Selain itu, BPBD pun telah memasang rambu-rambu jalur evakuasi di hampir 75 kilometer bentang pantai di Cianjur Selatan.
"Jadi warga dan Retana tahu harus lari kemana jika terjadi tsunami. Walaupun kita berharap hal itu tidak akan pernah terjadi," tandasnya.