JAKARTA,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan bahwa perguruan tinggi merupakan mitra yang berperan strategis dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia. Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi mengatakan, upaya mitigasi bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan keterlibatan aktif berbagai sektor, termasuk akademisi. “Perguruan tinggi harus berperan lebih dari sekadar tempat penelitian dan edukasi. Mereka harus menjadi agen-agen perubahan yang berkolaborasi untuk mengurangi risiko dan dampak bencana di masa depan,” ujarnya saat menjadi pembicara sesi berbagi dengan tema "Peran Perguruan Tinggi dalam Pengurangan Risiko Bencana Indonesia di Universitas Syah Kuala, Aceh itu, Selasa 8 Oktober 2024. Ia mengatakan ilmu pengetahuan dan teknologi kunci dalam upaya pengurangan risiko yang efektif.
BACA JUGA:Menkominfo Minta Kaum Muda Bijak Gunakan Internet
BACA JUGA:Wapres Harap Desain Birokrasi Baru Harus Memenangi Persaingan Global Berdasarkan data BNPB, sepanjang 2023, Indonesia mengalami 5.400 kejadian bencana, 95 persen di antaranya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, gempa, dan badai. Meskipun angka kejadian bencana naik 52 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dampak kerusakan dan jumlah korban jiwa dapat ditekan secara signifikan berkat inovasi teknologi dan edukasi mitigasi bencana yang terus dikembangkan . Prasinta juga memberikan apresiasi kepada Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB), forum tematik yang mengumpulkan Pusat Studi Kebencanaan dari berbagai universitas di Indonesia. Menurutnya, FPT PRB telah memberikan kontribusi besar dalam memperkuat kapasitas masyarakat melalui pendekatan berbasis ilmiah.
BACA JUGA:SKK Migas Temukan Gas dan Kondensat di Sulawesi Tengah
BACA JUGA:Menkominfo: Ancaman Judi Online Berdampak ke Kesejahteraan Keluarga Dalam kesempatan tersebut, ia beserta rombongan BNPB mengunjungi beberapa fasilitas penelitian di Universitas Syiah Kuala, seperti Laboratorium Earthquake Observatory Real-time dan Laboratorium Tsunami Flume Multifungsi. Laboratorium itu berfungsi mendeteksi gempa bumi secara seketika dan membuat model potensi tsunami. Kedua fasilitas ini diharapkan dapat menjadi sarana riset dan edukasi, baik bagi mahasiswa maupun masyarakat luas. “Laboratorium ini tidak hanya untuk penelitian, tetapi juga penting untuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan terhadap bencana,” ujarnya. Dengan peran perguruan tinggi yang semakin kuat dalam pengurangan risiko bencana, Prasinta optimistis sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dapat membantu mengurangi dampak bencana di Indonesia secara signifikan.