Kondisi Memprihatinkan, Warga Cibulakan Cugenang Butuh Bantuan Segera
Duduh Abdullah (60), warga Kampung Giriharja, RT 01/RW 01, Desa Cibulakan, hanya bisa terbaring lemah di ruang sempit berukuran 1x1 meter. (Foto: CIANJUR EKSPRES/Mochamad Nursidin)--
CIANJUR,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Duduh Abdullah (60), warga Kampung Giriharja, RT 01/RW 01, Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, hanya bisa terbaring lemah di ruang sempit berukuran tak lebih dari 1x1 meter, Minggu (14/9/2025).
Sejak 2020, dia menderita stroke yang membuat tubuh bagian kanannya lumpuh, ditambah kebutaan total yang membuat kondisinya semakin memprihatinkan.
Duduh dirawat seadanya oleh anak kelimanya, Endang (23), sementara lima anak lainnya telah berkeluarga dan tinggal di luar kota.
“Saya yang urus bapa, jagain bapa, sehingga saya tidak kerja,” kata Endang kepada wartawan, Minggu 14 September 2025.
BACA JUGA:Ketua DPRD Cianjur Janjikan Bantuan Psikiater Bagi Empat Warga Gangguan Jiwa di Sabandar
BACA JUGA:Bantuan Rumah Terdampak Pergerakan Tanah di Cianjur Selatan Masih Proses Review BNPB
Untuk makan sehari-hari, keluarga ini hanya mengandalkan bantuan tetangga dan kerabat, tanpa kepastian pendapatan.
Kondisi Duduh diperparah dengan minimnya akses pengobatan karena ketiadaan biaya. Setengah tahun lalu, istrinya Dede Khodijah (50) meninggal dunia akibat penyakit serupa.
“Ibu saya baru meninggal enam bulan lalu karena stroke juga,” ujar Endang.
Menurut Endang, ayahnya awalnya hanya mengalami gangguan penglihatan pada satu mata, namun lama-kelamaan kedua matanya tidak dapat melihat sama sekali hingga memicu depresi dan stroke. Sebelum sakit, Duduh dikenal sebagai pedagang sayur dan buah keliling yang rajin menafkahi keluarga.
BACA JUGA:Bantuan Rumah Terdampak Pergerakan Tanah di Cianjur Selatan Masih Proses Review BNPB
BACA JUGA:Ngerayap Community Indonesia Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak Bencana Cianjur Selatan
Ironisnya, hingga kini keluarga Duduh belum pernah menerima bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).
“Pernah dulu dapat bantuan beras Bulog di kantor desa, tapi setelah itu tidak ada lagi,” ungkap Endang.
Sumber:
