BRIN Usulkan Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer di Bawah MAB UNESCO
Pemandangan dari puncak Bukit Piaynemo atau Top View of Piaynemo, di . Dari puncak bukit itu terpampang gugusan karst di tengah laut biru yang jernih. Spot wisata ini terletak di Desa Pam, Distrik (Kecamatan) Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, --
JAKARTA,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) secara resmi mengusulkan Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer di bawah program Man and the Biosphere (MAB) Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Peneliti BRIN sekaligus Ketua Komite Nasional MAB-UNESCO Indonesia, Maman Turjaman menyampaikan pengusulan ini akan menjadi upaya dalam mendukung pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pembangunan berkelanjutan.
"Keberhasilan pengelolaan Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer bergantung pada sinergi antara semua pihak yang terlibat," katanya dalam keterangannya, Kamis 26 September 2024.
Maman mengatakan Raja Ampat dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati laut terunik di dunia. Dengan status Cagar Biosfer, pengelolaan wilayah ini akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat adat, sektor swasta, LSM, dan akademisi.
BACA JUGA:Menteri AHY Ajak Hipmi Bersinergi Bangun Ekonomi RI
BACA JUGA:Wakil Ketua MPR: Nilai Budaya Harus jadi Fondasi Moral Teknologi AI
Ia memaparkan proses nominasi Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer telah dimulai sejak 2023 dengan berbagai konsultasi publik dan sosialisasi untuk memperkuat dokumen nominasi.
Status Cagar Biosfer, kata Maman, tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam ekonomi berkelanjutan melalui pariwisata ramah lingkungan dan perikanan berkelanjutan.
Ia juga menekankan bahwa status ini tidak akan mengubah kewenangan lokal, melainkan memperkuat kerjasama dalam melestarikan ekosistem serta menjaga stabilitas ekonomi dan sosial.
"Pengelolaan berbasis kearifan lokal akan tetap menjadi prioritas, dengan dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat adat," ujarnya.
BACA JUGA:Menhan Prabowo Sampaikan Perpisahan dengan Komisi I DPR
BACA JUGA:BPKH Naikan Distribusi Nilai Manfaat Jemaah Haji Tunggu Menjadi Rp4,4 Triliun Tahun 2025
Dengan status Cagar Biosfer, Maman menyebut Raja Ampat juga akan menjadi pusat penelitian internasional untuk keanekaragaman hayati laut dan perubahan iklim.
Ia berharap Raja Ampat akan diresmikan sebagai Cagar Biosfer dalam pertemuan tahunan MAB-UNESCO di Hangzhou, China, pada 2025 mendatang. Jika berhasil, Raja Ampat akan menjadi Cagar Biosfer pertama di Papua, yang menggabungkan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Maman optimistis bahwa dengan dukungan berbagai pihak, nominasi Raja Ampat akan menjadi contoh sukses pengelolaan Cagar Biosfer di Indonesia Timur, dengan pendekatan berbasis kearifan lokal dan komitmen kuat terhadap keberlanjutan.
"Raja Ampat memiliki potensi besar untuk menjadi contoh global dalam konservasi dan pembangunan berkelanjutan," ucap Maman Turjaman.
Sumber: antara