Penjelasan BMKG Soal Faktor Astronomis Penyebab Suhu Panas di Jabar
Ilustrasi-Cuaca Panas (Pixabay)--
BANDUNG,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teguh Rahayu menyebutkan, suhu udara di wilayah Jawa Barat pada Oktober 2024 lebih panas dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Diketahui, selama Oktober 2024 suhu minimum Jabar berkisar antara 19 hingga 22 derajat Celcius. Sementara suhu maksimal berada antara 29 hingga 34 derajat Celsius.
Pihaknya mencatat, suhu panas paling tinggi terjadi pada Selasa, 29 Oktober 2024 dengan suhu maksimal mencapai 34,5 derajat Celcius.
"Secara umum, fenomena suhu panas terik tersebut dipicu beberapa faktor astronomis, di antaranya dominasi cuaca cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari," ungkap Rahayu pada Kamis, 31 Oktober 2024.
BACA JUGA:BTP Bandung Sayangkan Aksi Vandalisme di Underpass Batutulis Bogor
BACA JUGA:Nusron: Tiga Tugas dari Prabowo Atasi Pertanahan di 100 Hari Kerja
Dia menjelaskan, hal itu terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara, termasuk Jabar.
Kondisi itu menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu di luar ruangan terasa sangat terik.
Di akhir Oktober ini, lanjutnya, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator, sehingga sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa mendapatkan dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens di bandingkan wilayah lainnya.
Hal itu juga yang membuat wilayah Indonesia di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau dan sebagian lainnya baru akan memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November 2024 ini.
BACA JUGA:Pemprov Minta Pasar Tradisional di Jabar Bebas dari Kesan Kumuh
BACA JUGA:Pemkot Bandung Sebut Jalan Layang Ciroyom Dapat Dilintasi 23 Oktober
"Sehingga kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari," kata dia.
Namun, fenomena astronomis tersebut tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi.
Sumber: