Banner Disway Award 2025

Kang Huda dan Transformasi PKB Jawa Barat

Kang Huda dan Transformasi PKB Jawa Barat

Ketua DPC PKB Cianjur, Lepi A. Firmansyah.(Dok.Pribadi/Lepi Ali Firmansyah) --

CIANJUR,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Pada periode awal berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jawa Barat, partai ini dikenal kuat pada basis pesantren, komunitas nahdliyin, masyarakat pinggiran, serta kelompok menengah bawah dengan latar belakang pendidikan sederhana. 

Identitas tradisional tersebut memberikan fondasi ideologis yang kokoh, namun pada saat yang sama menciptakan batasan ketika PKB berusaha menembus ruang politik perkotaan dan kelas menengah yang memiliki karakter pemilih berbeda. 

Data pemilihan umum sejak tahun 1999 sampai tahun 2014 menunjukkan, suara PKB di wilayah perkotaan cenderung stagnan dan tidak mengalami pertumbuhan signifikan. Hal ini menegaskan bahwa partai politik berbasis kultural harus beradaptasi dengan perubahan struktur sosial dan pola perilaku pemilih yang terus berkembang. Literatur tentang komunikasi politik juga menjelaskan bahwa partai yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan pemilih akan mengalami stagnasi dan kehilangan relevansi dalam kontestasi demokrasi (Perdana, 2023).

Transformasi mulai terlihat ketika Syaiful Huda atau Kang Huda terpilih sebagai Ketua DPW PKB Jawa Barat pada Musyawarah Wilayah tahun 2017. Dia membawa pemikiran baru yang menekankan pentingnya pembaruan sistem organisasi partai agar dikelola secara teknokratik sehingga menjadi lebih profesional dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. 

Ia memperkuat fungsi manajemen partai, mendorong budaya kerja berbasis target, dan menata ulang strategi komunikasi politik agar lebih modern dan lebih adaptif. Perubahan ini membuat PKB Jawa Barat berkembang dari partai yang dikategorikan tradisional menjadi organisasi politik yang lebih terukur dan memiliki arah perjuangan yang jelas.

Sosok Ketua DPW

Kang Huda dikenal sebagai figur yang memiliki karakter rendah hati dan kedalaman refleksi sosial. Ia tumbuh dari kultur gerakan mahasiswa (PMII) yang membentuknya menjadi sosok politisi yang dekat dengan isu-isu keadilan dan kemanusiaan. Aktivismenya dalam advokasi agraria serta keterlibatannya dalam Increst Institute menunjukkan komitmennya pada gerakan sosial berbasis intelektualitas dan moralitas publik. Nilai-nilai inilah yang membentuk fondasi etika politiknya dan membedakannya dari politisi yang hanya berkonsentrasi pada penguasaan kekuasaan formal.

Dalam perjalanan politiknya, ia terpilih sebagai anggota DPRD Jawa Barat pada Pemilu 2004 dan dikenal sebagai penggagas Gerakan Percepatan Pembangunan Jabar Selatan. Pengalaman tersebut memperkuat kapasitas Kang Huda dalam memahami disparitas pembangunan antara wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan. 

Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua PKB Jawa Barat serta Wakil Ketua Komisi V DPR RI, posisi yang mencerminkan kepercayaan politik yang diberikan kepadanya oleh struktur kepartaian maupun publik. Sosok Kang Huda menjadi refleksi pemimpin politik yang memadukan nilai tradisi, perspektif intelektual, dan orientasi profesionalisme politik masa kini.

Hal yang tak bisa lepas dari sosok satu ini adalah transformasi organisasi.  Transformasi PKB Jawa Barat dimulai melalui proses penyadaran internal yang disebut sebagai “cuci otak perjuangan”. Melalui proses ini, seluruh kader diarahkan untuk kembali pada nilai-nilai dasar perjuangan dan meninggalkan praktik politik pragmatis. 

Upaya ini menjadi fondasi lahirnya Kredo Perjuangan PKB Jawa Barat yang memuat prinsip Gerakan Tradisi, Jaga Kehormatan, dan Rebut Kemenangan. Ketiga prinsip tersebut menjadi kompas moral dan operasional yang mengatur cara kerja kader PKB.

Upaya pembenahan struktur partai sejalan dengan temuan riset mengenai tata kelola organisasi politik. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa Partai Kebangkitan Bangsa telah mengembangkan Political Party Integrity System atau SIPP sebagai sistem integritas internal partai (Perdana dan Hanifuddin, 2023). Sistem ini mencakup penyusunan kode etik, mekanisme rekrutmen, demokrasi internal, serta manajemen keuangan berbasis akuntabilitas. Penelitian tersebut menyatakan bahwa internalisasi nilai dilakukan melalui penyebaran nilai dan pembiasaan perilaku sebagai bagian dari institusionalisasi organisasi. Temuan ini memberi fondasi akademik bahwa transformasi PKB Jawa Barat adalah bagian dari gerakan reformasi struktural partai pada tingkat nasional.

PKB Jawa Barat juga memperkuat kualitas kader melalui Sekolah PUMR yang berarti Peduli Umat Melayani Rakyat. Sekolah ini dirancang menyiapkan kader dengan kemampuan strategis, kecakapan kepemimpinan, dan pemahaman sosial yang tajam. Melalui sekolah ini lahir generasi baru kader dengan wawasan modern dan kemampuan komunikasi publik yang relevan dengan tuntutan demokrasi kontemporer. 

Politik Kehadiran

Sumber: