BMKG Minta Penduduk Jawa Barat Adaptif dan Proaktif Memitigasi Gempa
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.(Cianjur Ekspres)--
CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID,BANDUNG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta penduduk Jawa Barat untuk adaptif dan proaktif dalam memitigasi gempa bumi lantaran wilayah tersebut rentan mengalami peristiwa gempa bumi.
"Jawa Barat memang rentan atau rawan mengalami gempa bumi, sehingga kalau ditanya potensinya ke depan bagaimana, pasti akan terulang bahkan dalam beberapa kali periode setahun dan tahun berikutnya terjadi lagi,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan di Jakarta, Selasa 30 April 2024.
Dwikorita mengungkapkan wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran, dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.
BACA JUGA:Internal PKB Inginkan Lepi Ali Firmansyah Jadi Cabup Cianjur 2024
Intensitas gempa yang terjadi cukup tinggi di mana dalam satu tahun bisa terjadi beberapa kali gempa di wilayah tersebut, sehingga adaptasi terhadap ancaman gempa bumi bagi penduduk yang berada di Jawa Barat sangat penting.
"Alih-alih melakukan migrasi atau berpindah tempat, mitigasi seperti penyesuaian konstruksi bangunan menjadi kunci untuk menghadapi potensi gempa bumi di masa mendatang," ujar Dwikorita.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa kesadaran terhadap risiko bencana dan kesiapan dalam menghadapi bencana juga perlu ditingkatkan. Tindakan proaktif dan adaptasi yang tepat dapat membantu melindungi masyarakat dari dampak buruk gempa bumi.
BACA JUGA:Electrifying Agriculture Diminati Pelaku Budidaya Stroberi di Cianjur
Berdasarkan data prakiraan cuaca, BMKG memprediksi akan terjadi hujan ringan hingga lebat di wilayah Jawa Barat.
Potensi cuaca ekstrem yang diprediksi akan terjadi dalam rentang waktu tertentu itu memunculkan kekhawatiran terhadap potensi intensitas hujan yang dapat berdampak signifikan terutama di wilayah pegunungan, seperti Garut dan Cianjur.
Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh kondisi lereng yang rapuh dan rentan terhadap pergerakan tanah akibat diisi oleh air hujan. Akibat gempa, pori-pori tanah yang longgar dapat menjadi persoalan.
Dwikorita menyoroti bahaya potensial dari longsor yang dapat terjadi di wilayah pegunungan. Timbunan longsor yang terbentuk dapat mengisi alur lembah sungai dan menjadi bendungan alami yang dapat menahan laju air hujan.
Jika hujan berlangsung secara terus-menerus, maka berpotensi menyebabkan bendungan jebol. Kerusakan bendungan dapat mengakibatkan banjir dan berpotensi merusak pemukiman serta infrastruktur.
"Kondisi itu pernah terjadi di masa lalu, seperti di Garut dan Banten, sehingga perlunya kewaspadaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kondisi tanah di wilayah-wilayah rawan longsor dan banjir," pungkas Dwikorita.
Sumber: antara