Berisiko Penyakit, Dinkes Cianjur tak Anjurkan Gunakan Air Sungai untuk MCK
Kekurangan air bersih mulai melanda beberapa wilayah di Kabupaten Cianjur. Warga terpaksa menggunakan air sungai untuk MCK.(Foto: RIEKZAN RA/CIANJUR EKSPRES)--
CIANJUR,CIANJURKSPRES.DISWAY.ID - Kekurangan air bersih mulai melanda beberapa wilayah di Kabupaten Cianjur, seperti di Desa Cimanggu, Kecamatan Cibeber yang sudah dua bulan memanfaatkan air Sungai Cikondang untuk mandi, cuci dan kakus (MCK).
Kepala Bidang Penanganan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Frida Layla Yahya menyebutkan banyak risiko Penyakit yang ditimbulkan akibat memanfaatkan air sungai untuk MCK.
Jika air sungai yang terkontaminasi zat berbahaya digunakan untuk mandi dan cuci, lebih berisiko menimbulkan penyakit kulit, seperti gatal dan eksim karena jamur atau virus.
Jika digunakan untuk membersihkan bahan makanan dan alat makan, warga bisa saja terkena inveksi pencernaan seperti diare, disentri, atau kolera karena bisa saja air sungai mengandung bakteri.
BACA JUGA:Sambut Hari Pelanggan Nasional, PLN UP3 Cianjur Realisasikan Electrifying Agriculture Peternakan
BACA JUGA:Pertumbuhan IPM Cianjur Masuk 10 Besar di Jabar
Sedangkan untuk pemanfaatan sungai untuk kakus atau buang air besar, kotoran tersebut akan terus mengalir sepanjang aliran sungai dan jadi polusi air dan jadi sumber penyakit bagi warga hilir yang juga menggunakan air sungai untuk MCK.
"Sungai yang melintasi daerah permukiman seharusnya tidak masuk kriteria air bersih. Dinkes tidak menganjurkan menggunakan air sungai untuk MCK, karena bisa jadi mengandung bakteri, zat berbahaya, jamur, maupun virus yang bisa menimbulkan penyakit baik kulit maupun pencernaan," ungkap Frida saat dihubungi, beberapa waktu lalu.
Frida menyarankan warga yang mengalami kesulitan air bersih untuk berkoordinasi dengan pemerintah mulai RT/RW hingga kecamatan, untuk mangajukan permintaan penyediaan air oleh PDAM, Dinas Perkim, PMI, atau lembaga lain yang berwenang.
"Kalau kami sifatnya merekomendasikan penyediaan air bersih. Hal itu harus dilakukan dengan koordinasi lintas sektoral," jelasnya.
BACA JUGA:Hadapi Musim Kemarau, Pemdes Ciloto Optimalkan Program Pamsimas
BACA JUGA:Serapan APBD Baru 46,68 Persen, Sekretaris BKAD Cianjur: Masih dalam Status Wajar
Meski di beberapa daerah Cianjur mulai mengalami kesulitan air bersih karena kemarau, namun tren penyakit kulit maupun pencernaan dinilai belum mengalami peningkatan yang signifikan.
"Belum terlihat ada peningkatan yang signifikan, masih dalam batas normal seperti periode pada umumnya. Juga belum ada laporan yang masuk soal penyakit yang ditimbulkan karena cuaca," tandasnya.
Sumber: