Hingga Agustus Damkar Cianjur Catat 109 Kebakaran, 85 Persen Kebakaran Rumah

Hingga Agustus Damkar Cianjur Catat 109 Kebakaran, 85 Persen Kebakaran Rumah

Ilustrasi- Petugas Damkar Cianjur tengah memadamkan api yang menghanguskan 17 kios di Pasar Sukanagara, Kabupaten Cianjur, pada Sabtu (1/6/2024). (Foto: Dok/CIANJUR EKSPRES)--

CIANJUR,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Cianjur mencatat, hingga Agustus 2024, jumlah kebakaran di Cianjur terjadi 109 kali.

Jumlah tersebut cenderung menurun dibandingkan dengan total kebakaran yang terjadi di 2023 lalu yang mencapai 338 kasus.

Sementara di tahun 2021 ada sebanyak 128 kasus dan di 2022 ada 127 kasus kebakaran.

"Tahun ini cenderung menurun. Tahun lalu kebakaran kerap terjadi karena kemarau yang berkepanjangan," jelas Kepala Bidang Damkar dan Penyelamatan, Hendra Wira Wiharja, Rabu 4 Agustus 2024.

BACA JUGA:Pentingnya Peran Kiai Kampung dalam Merawat Budaya dan Pendidikan di Masyarakat

BACA JUGA:Jelang Musda ke-15, KNPI Cianjur Segera Buka Pendaftaran Calon Ketua

Dari total 109 kebakaran tahun ini, Hendra menyebut jika 85 persen atau 92 kasus di antaranya merupakan kebakaran rumah. 15 kasus lainya adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Jumlah kebakaran rumah warga, kebanyakan terjadi di Kecamatan Cianjur. Hal itu karena kondisi permukimannya lebih padat.

"Namun banyak juga yang terjadi di wilayah Cianjur Selatan. Seperti yang terakhir di Kadupandak, satu rumah ludes terbakar," jelasnya.

Penyebabnya kebakaran di wilayah padat penduduk, didominasi karena korsleting listrik. Berbeda dengan penyebab kebakaran di Cianjur Selatan.

BACA JUGA:Tiga Calon Berebut Posisi Kordinator K5 Pasar Cipanas

BACA JUGA:Klaim Jaminan Kehilangan Pekerjaan di Cianjur Meningkat, Ini Penyebabnya

"Kalau di selatan itu biasanya dari tungku api (hawu) di dapur. Lalu rumah-rumah di sana juga rata-rata masih rumah panggung sehingga api cepat menyebar. Kejadian kebakaran itu terjadi dalam hitungan detik," ungkap Hendra.

Sementara untuk karhutla, disebutkan penyebab utamanya adalah kesalahan manusia (human error) dengan kata lain terdapat unsur kesengajaan.

Sumber: