Data Kurs Rupiah Rp8.170 di Google Diduga Serangan Peretas
Arsip Foto - Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (11/10/2024). (Foto: ANTARA)--
JAKARTA,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menduga data nilai tukar (kurs) rupiah sebesar Rp8.170,65 per dolar Amerika Serikat (AS) pada tampilan Google merupakan serangan peretas (hacker).
Pada penutupan perdagangan Jumat (31/1), nilai tukar rupiah berada pada level Rp16.305 per dolar AS, jauh di atas nilai tukar yang tercantum di Google pada Sabtu sore.
Dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (1/2), Ibrahim berpendapat para peretas mempermainkan nilai tukar rupiah sebagai ekspresi kekecewaan mereka.
Asumsi itu mempertimbangkan target Presiden Prabowo Subianto yang ingin mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
BACA JUGA:OJK Tekankan Pentingnya Digitalisasi BPR/S Guna Tingkatkan Efisiensi
BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Siapkan Pasokan 9 Juta Tabung LPG 3 Kg
Menurut Ibrahim, data kurs rupiah pada Google itu adalah cara peretas menunjukkan bahwa rupiah bisa bernilai Rp8.000 jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 mencapai 8 persen.
Padahal, terdapat perbedaan prediksi dari berbagai pihak. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 4,8 persen-5,1 persen, sedangkan Kementerian Keuangan memproyeksikan 5,2 persen. BI juga sempat merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 3,3 persen.
Sementara itu, kondisi ekonomi kelas menengah ke bawah masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait risiko adanya lonjakan pengangguran.
Di sisi lain, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tersentralisasi dikhawatirkan tidak optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika konsumsi masyarakat meningkat tetapi investasi stagnan, maka ekonomi sulit untuk tumbuh signifikan.
BACA JUGA:Berbagi Kiat Sukses, Dahlan Iskan: Bisnis Tanpa Sales Tak Akan Berkembang
BACA JUGA:H-1 Libur Isra Mikraj, Lalu Lintas Tol di Regional Nusantara Naik
Dari segi perekonomian global, kebijakan Presiden AS Donald Trump dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia.
Pada bulan Januari dan Februari, diperkirakan akan terjadi perang dagang antara AS dengan Tiongkok, Eropa, Kanada, dan Meksiko. Selain itu, Trump juga mengancam akan memberikan denda 100 persen kepada negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan internasional.
Terlebih, Federal Reserve memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga meski Trump meminta mereka melakukan penyesuaian.
Berbagai gejolak ekonomi itu kemungkinan besar menjadi pemicu kurs rupiah dipermainkan oleh peretas.
BACA JUGA:Erick Thohir Siapkan Mitigasi Bencana dan Kecelakaan untuk Mudik 2025
BACA JUGA:Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan Bagi Kiat Sukses untuk Karyawan May Bank
"Ini kemungkinan besar hanya sesaat, di hari Senin sudah kembali normal," ujar Ibrahim.
Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Sabtu, menyatakan level nilai tukar Rp 8.100an per dolar AS sebagaimana yg ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya.
Data Bank Indonesia mencatat kurs Rp16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025.
"Kami sedang berkoordinasi dengan pihak Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan," kata Ramdan.
Sumber: antara