Suka Duka Menjadi Pemandu Gunung

Suka Duka Menjadi Pemandu Gunung

Niko Rastagil (tengah) saat sedang menjalani profesi pemandu gunung di Gunung Gede Pangrango--

CIANJUR, CIANJUREKSPRES - Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan kawasan konservasi sekaligus tempat wisata bagi para pegiat alam terkhusus pada kegiatan pendakian. Salah satu peluang yang bisa diambil pada sektor wisata pendakian ini adalah menjadi seorang Pemandu atau Guide Pendakian.

Hal tersebut dimanfaatkan Niko Rastagil (38) untuk meniti karier dalam dunia pendakian terkhusus menjadi seorang Pemandu Gunung. Dirinya saat ini tergabung dalam Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) sebagai anggota.

BACA JUGA:SK Bupati Cianjur Soal HET Gas Elpiji 3 Kg Dinilai Tak Pro Rakyat

Niko Rastagil mulai meniti karier di TNGGP pada tahun 2009. Alasan ia menjadi seorang Pemandu Gunung adalah karena ia ingin mengenalkan keindahan alam Indonesia kepada khalayak umum dan tentunya juga mengedukasi pendaki agar bisa menjaga kekayaan alam Indonesia ini terkhusus di wilayah TNGGP. 

"Saya bergulat pada dunia pendakian sudah lama, namun untuk menjadi pemandu saya mulai meniti karier pada tahun 2009, dengan alasan saya ingin mengenalkan kekayaan alam Indonesia pada khalayak umum dan sedikit berbagi kepada mereka tentang bagaimana cara menjaga alam ini, terkhusus di Wilayah TNGGP", ujar Niko kepada Cianjur Ekspres, Rabu (22/02).

Namun tentunya tidak mudah menjadi seorang pemandu gunung, apalagi dengan tanggung jawab akan risiko keselamatan para customer. 

Jika diharuskan memilih membicarakan suka dan duka, maka kami akan memilih menceritakan duka terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan supaya para pembaca lebih mengetahui risiko menjadi seorang pemandu gunung. Ada beberapa hal yang tidak mengenakkan menjadi seorang pemandu gunung di Gunung Gede Pangrango.

BACA JUGA:Optimisme 2023! Simak Faktor Pendorong Keberlanjutan Kinerja Impresif BRI

Menurut Niko, salah satu risiko menjadi seorang pemandu gunung adalah ia bekerja secara tak menentu atau tergantung pada panggilan dari Customer. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor dari banyak atau kurangnya pendaki yang menggunakan jasa pemandu dalam kegiatan pendakian.

Namun hal tersebut tidak sepenuhnya menyedihkan, di satu sisi lain tentunya para pemandu punya alasan untuk lebih bercengkrama dengan keluarga.

Selain itu, tekanan mental dan pikiran mengharuskan Niko harus pandai berkamuflase. Berkamuflase disini berarti pemandu diharuskan dapat menyembunyikan perasaan yang ia rasa selama memandu, baik itu rasa capek dan tak jarang menghadapi complain dari customer. 

Belum lagi persoalan tentang pengetahuan pendaki yang minim, tidak jarang ada beberapa customer pendakian datang dengan tingkat pengetahuan yang minim apalagi dari segi persiapan dan perlengkapan. Hal ini berimbas pada kinerja dan resiko yang harus dihadapi seorang pemandu gunung gede pangrango.

"Tidak sedikit ada customer pendaki yang datang dengan pengetahuan minim, baik itu dari pengetahuan pendakian, persiapan peralatan dan perlengkapan. Hal ini jelas menjadi sebuah resiko untuk kami dalam bertanggung jawab dan bekerja lebih ekstra dalam memandu untuk menunjang keselamatan mereka," katanya.

Tidak cukup sampai tingkat pengetahuan akan peralatan dan perlengkapan, Niko juga menambahkan bahwa banyak sekali tuntutan service dari customer yang tidak sesuai dengan standar pembayaran Guide yang ada.

Sumber: