JAKARTA,CIANJUREKSPRES.DISWAY.ID - PT Bank Central Asia (Tbk) atau BCA menyampaikan, pemangkasan suku bunga bank sentral AS atau The Fed tidak akan secara langsung diikuti oleh penurunan bunga kredit Perseroan. Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menilai, dibutuhkan masa transi si bagi perusahaan untuk menyesuaikan kebijakan bunga kredit dengan suku buga acuan The Fed. "Tentunya kita melihat sebagai perbankan, tentu tidak serta-merta langsung, akan butuh waktu transisi dulu, berapa lama, tapi sebenarnya di BCA sendiri kita juga sudah memberikan bunga yang rendah," kata Hera usai menghadiri acara Indonesia Knowledge Forum XIII - 2024 di Jakarta, Selasa 12 November 2024. Sebagai informasi, The Fed telah memangkas suku bunga acuanya (Fed Fund Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50-4,75 persen.
BACA JUGA:Kementerian ESDM Terima 128 Aduan Tambang Ilegal Hingga 2023
BACA JUGA:Keuntungan Menjadi Nasabah BRI bagi Warga Muratara Menanggapi hal itu, Hera menuturkan bahwa BCA saat ini masih mempunyai likuiditas yang cukup untuk mem berikan suku bunga rendah kepada nasabah. “ Alhamdulillah kita punya likuiditas yang mumpuni untuk melakukan itu. Jadi untuk debitur-debitur kita yang memang sudah sesuai dengan profiling yang kita berikan pembiayaan, maka akan diberikan bunga yang sangat menggoda. Terbukti seperti ekspor terakhir itu kita pernah memberikan bunga terendah sepanjang sejarah, 1,45 persen," ujarnya. Hera mengungkapkan, saat ini kondisi likuiditas BCA masih sangat solid. Hal ini terbukti dengan rasio Loan to Deposit (LDR) yang mencapai 75 persen hingga kuartal III 2024. Hal ini menurutnya m encerminkan kinerja BCA yang akan menyalurkan kredit secara prudent ke depannya.
BACA JUGA:Gak Perlu Simpan Lagi di Dompet, Tarik Tunai di ATM Bisa Tanpa Kartu lewat BRImo
BACA JUGA:Sri Mulyani Pangkas 50 Persen Anggaran Dinas Kementerian/Lembaga "Institusi perbankan tentu kita harus comply , tentu kita juga harus prudent untuk menyalurkan kredit, dan kalau dibilang terlalu berhati-hati, kami pikir kami justru sangat excited, kita lihat pertumbuhan kreditnya 14 persen lebih untuk pertumbuhan kredit lebih dari Rp800 triliun. Artinya juga kita melihat ekonomi ini termasuk kredit investasi, modal kerja juga sedang bertumbuh, jadi sebenarnya kami tetap menyalurkan dan kami terus mengadakan expo-expo," jelasnya. Lebih lanjut, Hera menambahkan bahwa salah satu fokus utama Perusahaan adalah pengembangan pembiayaan hijau (green financing), yang kini menduduki sekitar 25 persen dari portofolio perbankan. Inisiatif ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan namun juga berkontribusi pada ekonomi nasional melalui pendanaan sektor-sektor yang memiliki dampak sosial signifikan. "Tapi di sisi lain kita juga melihat bagaimana social impact itu berpengaruh ketika kita membiaya sektor-sektor yang memang memberikan kontribusi kepada ekonomi nasional, misalkan memperkerjakan banyak orang karena social impact-nya juga berasa. Sebagai perbankan nasional, kita mau tetap memberikan hal tersebut kepada pemerintah," jelasnya.
BACA JUGA:Hadirkan Layanan Baru, Bank Kustodian BRI Tawarkan Multi-share Class
BACA JUGA:BI Sebut Optimisme Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Terjaga Adapun BCA dan entitas anak perusahaan membukukan peningkatan kredit sebesar 14,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp877 triliun per September 2024. “Penyaluran pembiayaan per September 2024 ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi, naik 15,9 persen yoy mencapai Rp395,9 triliun,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/10). Kredit komersial tercatat naik 11,8 persen yoy menjadi Rp135,3 triliun, dan kredit usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh 14,2 persen yoy hingga Rp120,1 triliun. Total portofolio kredit konsumer naik 13,1 persen yoy menjadi Rp216,5 triliun, didorong KPR yang tumbuh 10,7 persen yoy mencapai Rp130,4 triliun serta KKB sebesar 17,9 persen yoy menjadi Rp64,1 triliun.