CIANJUR, CIANJUREKSPRES - Proyek pemanfaatan panas bumi atau geothermal untuk pembangkit listrik yang ada di Kabupaten Cianjur mendapat penolakan warga.
BACA JUGA:Konsumen Perlu Informasi Akurat Tembakau Alternatif, Ini Alasannya
Masyarakat di kaki Gunung Gede Pangrango takut proyek yang rencananya akan menghasilkan daya listrik hingga 85 MWe (mega watt electric) untuk pasokan listrik di Jawa dan Bali, itu akan merusak alam dan menghilangkan mata pencaharian warga.
BACA JUGA:Pemkab Cianjur Mulai Membangun Fasilitas Wisata di Kampung Adat Miduana Cianjur
"Proyek geothermal tersebut memang bisa memberikan dampak positif berupa terpenuhinya kebutuhan energi untuk jutaan jiwa di Jawa dan Bali. Namun di balik itu, ada dampak negatif mulai dari kekeringan, tercemarnya sumber mata air, hingga hilangnya mata pencaharian utama warga yakni dari sektor pertanian," ujar tokoh pemuda Desa Sukatani, M Dudan Darmawan.
Berdasarkan hasil referensi yang dia kaji, menurutnya, banyak dampak dari proyek geotermal tersebut. Mulai dari membuat wilayah di sekitar kekeringan karena sumber air yang ada digunakan untuk pembangkit.
BACA JUGA:Tuntut Kenaikan UMK 2023, Ribuan Buruh di Cianjur akan Lakukan Aksi Unjuk Rasa Tiga Hari
"Selain itu, sumber air lainnya juga akan tercemar. Kondisi tersebut membuat lahan pertanian terancam, ditambah adanya alih fungsi nantinya, sehingga petani akan kehilangan lahan sebagai mata pencaharian," ujar dia.
BACA JUGA:Sebanyak 1.928 Angkot di Cianjur Terima Subsidi BBM
Selain itu, proses pengeborannya juga berpotensi menumbuhkan gempa yang dapat mengguncang kawasan sekitar Gunung Gede Pangrango.
"Ini yang juga kami khawatirkan, proses pengeboran ke dalam bagian gunung menimbulkan gempa yang getarannya berdampak pada pemukiman warga di sekitar kawasan gunung gede," ucap dia.